13 Tahun Berlalu.
.
.
.
Sarangan.Sebuah desa di pinggir telaga, di lereng Gunung Lawu, dimana lokasi itu adalah rumah utama keluarga Dronowijaya. Walau kawasan tersebut adalah tanah Sima, tapi tokoh masyarakat, Ki Mageti menoleransi keluarga berumat Hindu itu untuk tinggal di dekat telaga dengan syarat, mereka menjadi pemangku adat dan berpartisipasi menjaga kerukunan desa.
Disinilah, Tetua baru keluarga itu tengah duduk di pinggir telaga, dibawah pohon beringin dan bersantai memandangi telaga yang tercipta di lereng Gunung Lawu yang sering ia pandangi saat di Mojomati.
Panca Dronowijaya, kini berumur 25 tahun, masih bujang dan tak tertarik dengan pernikahan. Padahal mendiang ayahnya, Agung menyuruhnya untuk segera menikah. Perawakannya seperti pria perkasa, atasannya kini disampiri oleh selendang batik bermotif bambu dan surai hitamnya mulai memanjang setengkuk.
Angin berhembus, menenangkan jiwa Panca, seakan menenangi pria itu dalam buaian alam. Seekor burung jalak bahkan bertengger di pundaknya karena aura positif yang terpacar dari tubuh Panca. Sampai seseorang memanggilnya.
''Mas Panca. Ada tamu yang ingin bertemu denganmu'' panggil Kertawijaya yang kini tumbuh menjadi pemuda yang tampan. ''Siapa?'' Tanya Panca seraya menengok ke arah adiknya.
''Lihat saja di rumah. Kau akan terkejut melihatnya'' ucap Kertawijaya seakan menyembunyikan sesuatu. Panca berdiri dari duduknya, jalak yang ada di pundaknya terbang pergi.
''Maaf merepotkanmu. Kau sampai izin ke Ki Mageti untuk menunda belajarmu. Sekarang kau boleh kembali kesana'' ucap Panca merasa tak enakan. ''Hm... Emoh~'' ucap Kerta dengan nada meledek.
''Ker.ta.wi.ja.ya.....'' ucap Panca menekan setiap ejaan nama adiknya. Kertawijaya tertekan dengan itimidasi kakaknya langsung melenggang pergi.
''Nggeh, Mas... Sepurane'' ucap Kertawijaya lalu pergi. Panca menggeleng dengan kelakuan adiknya. Namun ia tetap sayang. Karena dirumah tinggal mereka berdua saja.
Galuh, Ratih, Wongso dan Giwang sudah pindah di berbagai tempat. Galuh di Tengger, Ratih di Blitar, Wongso dan Giwang pindah ke pulau seberang. Yaitu Pulau Dewata.
Alasannya, karena mereka sudah menikah dan harus pindah. Mereka khawatir jika keluarga kecil mereka hancur di tangan umat muslim yang mengusir pemeluk Hindu sampai ke Pulau Dewata. Kini Panca dan Kertawijaya yang mengurus bisnis keluarga. Sesekali saat hari raya, mereka berkumpul bersama lagi.
Panca memasuki rumah joglo di atas bukit. Disanalah rumahnya. Ia mematung diam kala melihat seorang gadis cantik jelita menunggunya di kursi tamu. Namun ia merasa tak asing dengan wanita itu.
''Sugeng siang. Ada perlu apa, ya?'' Sapa Panca seraya menyatukan tangannya. Gadis itu juga tertegun sejenak. Kakinya berdiri dan menghadap Panca.
''Panca. Kau tak mengenalku?'' Tanya wanita itu. Dahi Panca menyeringit, berpikir keras. Terlintas di benaknya, ia sadar siapa wanita di depannya.
''Kemuning!!'' Seru Panca bahagia. Seketika Kemuning merekahkan senyuman bahagia. ''Syukurlah... kau masih ingat denganku'' ucap syukur Kemuning.
Netra Panca melirik sebuah kain yang membungkus sesuatu di dalamnya. Ia bertanya. ''Kemuning. Apa kau berjalan dari Mojomati ke Sarangan?'' Tanya Panca menyelidik. ''Tidak. Aku ikut kereta pedagang. Mana mau aku jalan sejauh ini'' sangkal Kemuning.
''Hm... lalu, kenapa barang bawaanmu banyak sekali? Seperti mau kabur dari griya saja'' canda Panca. Namun tak disadari, Kemuning mengepal erat tangannya.
''Ya... aku kabur dari sana, Panca. Keluargaku sudah tidak ada. Mereka sudah tiada. Aku yang tinggal pemeluk Hindu selalu ditatap tak suka. Disini, aku bisa merasakan dihargai walau berbeda keyakinan. Ditambah....''

KAMU SEDANG MEMBACA
Fly (Haikyuu fanfic × Male'readers)
FanficMegantara Hanya pemuda muslim dari Indonesia. Dia pindah ke negara baru untuk menempuh pendidikannya. Disana dia mendapat teman baru, hidup di lingkungan baru, pengalaman baru dan kebenaran yang baru. Start : 1 Juli 2023 Finish : 16 November 2023 •...