Hai semuanya selamat membaca dan semoga suka ceritanya.
Follow, like dan komen yaa (:
.
.
.
Saat ini lapangan sekolah penuh oleh siswa dan siswi yan merayakan kelulusan mereka, tampak raut bahagia dan sedih skaligus yang terpancar. Bahagia akhirnya babak hidup baru akan di mulai dan sedih karena harus berpisah dengan sahabat demi melanjutkan hidup yang lebih baik. Tak terkecuali pasangan fenomenal Jungkook dan Lisa yang saat ini tengah tertawa lantang bersama teman-temannya yaitu Jennie, Taehyung, Jimin, dan Jisoo, namun dibalik tawa itu ada raut kkesedihan yang tidak bisa mereka sembunyikan. Terutama Lisa dengan mata yang berkaca-kaca ia menatap sang kekasih Jeon Jungkook yang saat ini juga menatapnya dengan senyun kelincinya itu.
" Hey Lisa kau tidak perlu sedih. Ayolah Amerika dan Korea tidak begitu jauh apalagi kau banyak uang hahahah" Setelah mengatakan itu Jimin menatap kekasihnya Kim Jisoo dengan raut takut karena tatapan nyalang Jisoo.
Hari ini mereka semua merasa sedih karena Jungkook akhirnya mengatakan keputusannya sejak beberapa bulan lalu yang membuatnya dilema. Jungkook akhirnya dengan terpaksa mengkuti keinginan keluarganya untuk menempuh pendidikan bisnis di luar negeri. Jangan heran Jungkook memang dari keluarga yang berlatar belakang bisnis tidak heran keluarganya menginginkan Jungkook untuk menempuh pendidikan dengan kualitas yang tinggi bahkan jika harga selangit pun.
Jungkook memeluk Lisa dengan erat dan menenangkannya. "Hey sayang ini hanya empat tahun oke, setiap libur semester aku akan kembali ke Korea bertemu kalian semua disini".
"Ya jung, berjanjilah kau akan terus menghubungi kami, terutama Lisa dan jangan membuat ulah disana Jung" Ucap Jennie yang sejak tadi bungkam.
"Hey sayang kau tidak perlu galak seperti itu pada sahabatku ini" Ucap Taehyung sambil merangkul Jungkook dengan senyuman kotaknya.
"Ayo kita semua berpelukannn" Ucap Jisoo mencairkan suasana dengan merentangkan tangannya lebar.
"Sebentar" Ucap Jennie yang merogoh tasnya karena dering ponselnya.
"Ya ada apa?" Tanya Jennie pada seseorang yang memanggilnya ini.
"Kau sangat menyebalkan. Aku sangat yakin paman dan bibi memang tidak akan pernah membiarkan mu berkeliaran di luar sana. Sudah dulu ya, aku ada perpisahan dengan sahabat-sahabatku disini. Kau tahulah".
Setelah mengatakan kalimat panjang itu Jennie segera berbalik dan menghampiri para sahabatnya itu.
"Sayang siapa yang menelpon" Tanya Taehyung mulai posesif.
"Sepupuku, Jung Hana". Mendengar itu Tahyung dan lainnya hanya menganggukkan kepala.
"Ayo kita berpelukan" Jennie merentankan tangannya dan mereka mulai berpelukan layaknya teletubies.
.
.
.
Pagi ini Lisa bersama keluarga Jeon sudah dibandara hendak mengantarkan Jungkook yang sebentar lagi akan meninggalkan Korea. Pengumuman keberangkatan mulai terdengar, dengan lesu Jungkook menghampiri ayah dan ibunya. Jungkook mencium dan memeluk kedua orang tuanya erat.
"Jung jangan nakal disana" Pesa sang ayah pada putranya itu. Mendengar itu Jungkook mendengus menatap ayahnya jenkel.
"Aku bukan bocah tujuh tahun lagi ayah" Jawab Jungkook pada akhirnya.
"Ingat pesan Ibu Jungkook, jangan terlambat makan, perhatikan kesehatanmu, dan jangan lupakan Lisa oeh". Mendenagr itu Jungkook tersenyum dan memeluk ibunya erat.
"Aku pasti akan sangat merindukan makanan Ibu ku ini" Ucap Jungkook menggoda ibunya.
Setelahnya, Jungkook menghampiri sang kekasih Lisa dan memeluknya erat. "Aku akan merindukanmu Lisa. Jaga dirimu baik-baik disini dan jangan pergi ke bar bersama Jennie dan Jisoo karena disana pasti banyak menginginkanmu".
Mendengar itu Lisa hanya mampu menganggukkan kepala karena dirinya sudah terisak dipelukan Jungkook dan tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
"Jung berjanjilah unutk terus menghubungiku selalu" Ucap Lisa pada akhirnya setelah melepaskan pelukannya.
"Iya aku berjanji sayang".
"Jung kau tidak berpamitan dengan Taehyung, Jimin, Jennie, dan Jisoo?" tanya sang ibu.
" Sudah bu, mereka tidak bisa mengantarkan ku hari ini ke bandara. Mereka harus bersiap-siap ujian masuk universitas". Mendenagr itu sang ibu mengerti dan beralih menatap Lisa kekasih sang putra.
"Lisa sayang jadi kau tidak ikut ujian universitas hanya karena mengantar anak nakal ini?".
"Aku kebetulan besok bu ujian makanya hari ini aku bisa mengantarJungkook ke bandara". Mendegar itu Ibu Jungkook hanya tersenyum dan merangkul Lisa dengan hangat. Jangan heran mengapa mereka bisa dekat, Jungkook dan Lisa berpacaran sejak awal masuk sekolah dulu dan mereka sudah megenal dengan baik.
"Ibu, ayah, Lisa aku berangkat" Ucap Jungkook sambil melambaikan tangannya diiringi senyuman kelinci miliknya.
.
.
.
.
Sudah satu bulan Lisa dan Jungkook menjalani hubungan jarak jauh. Hari ini Lisa disibukkan dengan tugas kuliah yang menumpuk sejak seminggu lalu sudah berkuliah aktif begitupun Jungkook yang saat ini di Amerika.
Lisa meraih ponselnya dan mulai mencari nama sang kekasih disana. Lama Lisa memanggil namun tidak kunjung di angkat oleh Jungkook. Merasa kesal dengan perubahan Jungkook akhir-akhir ini membuat Lisa jengkel dan mengehempaskan ponsel miliknya dengan kuat di atas meja. Sampai-sampai Jennie yang tertidur disampingnya harus terbangun.
"Ada apa Lisa. Jungkook mengabaikan panggilan mu lagi?"
Mendengar pertanyaan Jennie, Lisa hanya merespon dengan anggukan kepalanya.
.
.
.
Sementara itu di belahan benua lain Jungkook terus menikmati Pizza yang dihidangkan di depannya dengan senyum yang terus melekat di wajahnya, kemudian senyumnya itu luntur setelah melihat notifikasi panggilan dari kekasihnya Lisa.
"Siapa yang menelpon mu Jeon? Kenapa tidak diangkat? tanya seorang gadis didepannya".
"Bukan siapa-siapa Roseanne, hanya orang orang iseng mungkin".
..........................................................................
WARNING!!!
JANGAN HATE ARTIS PEMERAN DISINI GUYS. INGAT INI HANYA CERITA FIKSI OKEEE.
Sampai jumpa di bab selanjutnya (:
KAMU SEDANG MEMBACA
Traitor
FanfictionLisa dan Roseanne, tidak ada yang salah dengan perasaan kedua gadis itu. Hanya saja keduanya terjebak oleh perasaan yang sama terhadap pria yang sama pula. Keduanya memiliki alasan masing-masing mengapa harus mempertahankan dan mencari keadilan. Sem...