TERIMAKASIH YANG SUDAH VOTE DAN KOMEN CERITA INI. JANGAN LUPA FOLLOW YAWW..💖
.
Lily meneruni tangga dan menemukan kedua orangtuanyayang sudah menunggunya sarapan. Miris sekali, ruangan itu tampak sangat hampa meskipun ada dua insan di ruang itu. Lily menarik nafasnya panangnya seperti biasa yang ia lakukan untuk memasang tampang cerianya dihadapan orangtuanya.
"Papa.. Mama.. selamat pagi".
Dengan senyum lebarnya Lily mencium wajah Mamanya begitupula untuk Papanya. Lily melebarkan senyumnya melihat senyum terbit dibibir mamanya begitujuga Papanya.
''Pa Ma hari ini aku tidak perlu ke kampus dengan supir. El akan menjemputku sebentar lagi".
"Kalau begitu bawa sarapan roti ini untuk El. Dia pasti belum sarapan karena harus menjemput tuan putri ini".
"Ah kau benar Mama. Biar aku sisihkan untuk El".
Lily berlari menuju dapur mengambil kotak bekal untuk dan memasukkan dua roti isi itu. Kemudian Lily duduk dan menghadap Papanya sambil menjulurkan tangannya.
"Ngomong-ngomong terimakasih Papa kadonya kemarin. Aku sangat suka jam tangannya sesuai keininan ku".
Lily meluruskan penglihatanya menatap Papanya yang fokus melihat layar ponselnya. Sedikit miris ketika merasa diabaikan oleh seseorang yang paling diharapkan perhatiannya.
Lily menundukkan kepalanya mencengkram erat sendok ditangannya. Namun usapan embut dari Mamanya mampu membuatnya tersenyum lagi walau sedikit terpaksa.
"Jung, Lily mengucapkan terimkasih untuk hadiah yang kau berikan kemarin untuk ulangtahunnya".
Lily melihat Papanya yang memusatkan perhatiannya pada sang Mama. Kemudian tatapan Lily dan Papanya itu bertemu barulah Lily melihat Papanya menatapnya cukup lama untuk hari ini.
"Sama-sama sayang. Papa senang jika kau senang".
Lagi setelah mengucapkan kata itu Papanya kembali sibuk menatap layar ponselnya. Lily yang merasa jengkel pada Papanya meletakkan sendoknya dan meminum satu gelas air putih dan lansung berpamitan pada orangtuanya dengan alasan El sudah mengirim pesan untuk menemuinya didepan. Padahal El bahkan belum sampai untuk menjemputnya.
.
.
.
Dikamar asrama satu petak itu Rheanne merapikan tempat tidurnya seperti biasanya. Hari ini dirinya tidak memiliki jadwal untuk ke Kampus, beruntung Daddynya mengajaknya menghabiskan waktu bersama. Jarang-jarang Daddynya memiliki waktu luang, yang Rheanne tahu waktu Daddynya untuk kerja.
Rheanne melihat banyak notif pesan yang dikirmkan oleh Daddynya itu.
"Astaga, aku bahkan belum sarapan Dad".
Rheanne sedikit mengoceh melihat Daddynya yang sebentar lagi akan menjemputnya itu. Rheanne dengan tergesa-ges meraih handuknya dan berlari menuju kamar mandi diasarama putri itu.
''Benar kata Daddy, harusnya aku tinggal bersama Daddy saja daripada seperti ini. Untuk mandi saja harus menunggu antrian seperti ini".
Lagi-lagi Rheanne mengoceh tidak jelas.
"Tidak-tidak, diasrama ini sudah nyaman untukku. Jika tinggal bersama Daddy aku tidak akan bebas keluar. Bagaimana jika orang-orang tahu aku tinggal dirumah Daddy bisa sangat berbahaya".
Rheanne cukup bernafas lega setelah tigapuluh menit akhirnya dirinya sudah rapi dan berlari menuju mobil Daddynya yang terparkir ditempat biasanya.
''Astaga Daddy kenapa Dad tidak mengenakan topi dan kacamata? bagaimana jika orang-orang mengetahui identitas Daddy?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Traitor
FanfictionLisa dan Roseanne, tidak ada yang salah dengan perasaan kedua gadis itu. Hanya saja keduanya terjebak oleh perasaan yang sama terhadap pria yang sama pula. Keduanya memiliki alasan masing-masing mengapa harus mempertahankan dan mencari keadilan. Sem...