.
.
.
Rheanne tidak pernah membayangkan hidupnya akan berjalan serumit ini. Mulai dari Mommynya yang belum bisa Ia hubungi hingga saat ini dan Daddynya yang sepertinya tidak peduli Ia hilang atau tidak.
''Dad, Mom... aku takut"
Rheanne memeluk lututnya menahan hawa dingin menerpa kulitnya. Sesekali ia terbatuk akibat flu, matanya berkaca-kaca menahan isak tangis sembari menatap hamparan Bintang yang menghiasi langit malam.
"Nona... kau baik-baik saja"
Rheanne menatap seorang wanita paruh baya yang membuyarkan lamunannya.
"Aku baik-baik saja, hanya sedikit demam".
"Apa yang kau lakukan didekat jembatan ini. Disini tidak aman banyak terjadi kasus pelecehan dan perampokan".
Rheanne menelan ludahnya kasar. Beruntung ada orang baik yang memberitahunya.
"Dimana rumahmu biar bibi antar pulang".
Rheanne yang bingung memilih diam sembari menatap ujung kakinya. Kemudian menggelengkan kepalanya.
"Tidak bibi, terima kasih untuk niat baik mu".
"Hey ada apa? kau bisa bercerita dengan bibi?''
Rheanne merasakan usapan dikepalanya. Detik itu juga air matanya tumpah dan menangis keras. Sekilas Rheanne melihat wajah terkejut bibi itu yang melihatnya tiba-tiba menangis.
"Aku tidak tahu harus memulai darimana, hanya saja saat ini aku tidak bisa menghubungi Mom selama dua bulan. Mulai saat itu aku tidak lagi mempunyai uang saku, Mom tinggal diluar negeri bersama keluarga barunya. Kemudian Daddy, Dad ada di Kota ini tapi Dad juga memiliki keluarga lain. Aku merasa kurang pantas jika harus ke rumahnya. Aku awalnya seorang mahasiswi dan tinggal di asrama. Karena tidak memiliki uang aku diusir dan saat ini aku juga sudah tidak berkuliah".
Suasana hening setelah Rheanne menyelesaikan ceritanya dengan isakan-isakan kecil.
"Menurut bibi apa aku pergi menuju rumah Daddy saja?''
Rheanne melihat gelengan dari bibi itu.
"Kenalkan, aku Mary. Panggil saja bibi Mary''.
"Aku Rheanne".
Keduanya saling menjabat tangan, dapat Rheanne rasakan di tangannya bibi Mary mengusapnya lembut dengan tatapan iba.
"Ayo pulang ke rumah bibi. Untuk sementara tinggallah bersama bibi".
Rheanne yang mendengar itu menganggukkan kepalanya dan memeluk bibi Mary. Keduanya bergegas memasuki mobil dan pergi meninggalkan jembatan itu.
Sesampainya dirumah Rheanne di hidangkan makanan favoritnya, penuh makanan seafood.
"Wahh bibi terima kasih hidangannya. Ini makanan favoritku".
"Makanlah yang banyak dan setelah ini langsung beristirahat dikamar itu".
Bibi Mary menunjuk sebuah kamar disebelah kanan meja makan. Mendengar itu Rheanne mengangkat kedua jempolnya.
"Baiklah, bibi akan ke kamar"
Mary tersenyum melihat Rheanne yang lahap menyantap makanan itu. Namun sebelum Rheanne mengetahui hal lain Mary dengan cepat memasuki kamarnya dan mengangkat panggilan masuk.
"Jungkook kau tidak sabar sama sekali. Hampir saja Rheanne tahu".
"Bagaimana keadaan Rheanne? apa dia baik-baik saja? dia tidak terluka kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Traitor
FanfictionLisa dan Roseanne, tidak ada yang salah dengan perasaan kedua gadis itu. Hanya saja keduanya terjebak oleh perasaan yang sama terhadap pria yang sama pula. Keduanya memiliki alasan masing-masing mengapa harus mempertahankan dan mencari keadilan. Sem...