SATU BAB LAGI MENUJU ENDINGGG!!!!
Satu bulan telah berlalu, El yang frustasi tidak menemukan Rheanne melampiaskan amarahnya pada benda yang ada dikamarnya. Sebulan lalu berkat usahanya ia berhasil mengetahui identitas Rheanne. El kilas balik tepat dihari ulang tahun Lily bagaimana Rheanne dipermalukan oleh orang-orang, awalnya ia merasa kasihan. Tapi sekarang bagi El itu adalah perlakukan yang layak.
"El apa yang kau lakukan ini"
El menatap Neneknya terkejut, ia lupa mengunci pintu kamarnya.
"Lily baru saja menelpon Nenek mencarimu. Kau ini padahal baru seminggu berpacaran dengan Lily tapi sudah membuat masalah".
"Aku bingung Nenek. Aku belum menemukan Rheanne dan aku bingung bagaimana menghadapi Lily nantinya''.
''Huh.. harusnya Nenek tidak mengeluarkannya dari asrama terburu-buru. Tapi mau bagaimana lagi itu adalah permintaan nenek Lily".
"Baiklah Nek, nanti aku akan menghubungi Lily''.
El mengunci pintu kamarnya dan meraih satu foto dari laci.
''Dimana aku harus menemukanmu Rheanne. Teruslah bersembunyi hingga aku menemukanmu dan menghancurkanmu''.
.
.
.
Lily membersihkan luka Mamanya akibat perbuatan Papanya. Lagi-lagi orangtuanya bertengkar hebat, tidak akhir-akhir jauh lebih sering. Orangtuanya bahkan tidak lagi tidur satu kamar, tidak sebenarnya bukan itu, melainkan Papanya yang tidak pernah tidur dirumah lagi.
"Apa Papa memukul ini sangat kuat?''
Lily mengusap pergelangan tangan Mamanya dengan mata berkaca-kaca.
"Tidak usah dipikirkan Lily, ini tidak begitu sakit''.
Lily memilih bungkam dan membersihkan kamar Mamanya yang berantakan. Lily meringis melihat pecahan kaca ada dimana-mana, Lily bisa pastikan jika dirinya sedikit terlambat mungkin Mamanya telah tiada oleh Papanya. Tepat sebelum Papanya akan menancapkan gunting dileher Mamanya Lily berteriak histeris.
Melihat kedatangan Lily Papanya menjatuhkan gunting itu dan pergi meninggalkan rumah. Setelahnya hingga larut malam saat ini Lily belum melihat kehadiran Papanya. Tempramen Papanya tidak bisa dikontrol selama sebulan lebih ini, terlebih yang Lily tahu Rheanne menghilang begitu saja. Lily tahu Papanya sudah menyewa banyak orang untuk mencari Rheanne tapi tetap saja tidak bisa ditemukan.
Lily mengepalkan tangannya menahan amarah. Sebesar itukah cinta Papanya untuk Rheanne hingga Papanya berubah menjadi sosok yang tidak dikenalnya lagi. Lily bahkan belum pernah berbicara sepatah kata pun dengan Papanya akhir-akhir ini. Papanya entah bagaimana mengabaikannya begitu saja.
Rasa marah, benci, dan dendam menyelimuti hatinya. Lily ingat hari dimana Rheanne menuduhnya mendorongnya dikolam renang ketika perayaan ulang tahun mereka tepat pada usia 9 tahun. Hari itu dipinggir kolam semua anak-anak memadati sisi kolam dan Lily tepat berdiri disamping Rheanne, entah bagaimana Rheanne terjatuh dan hampir tenggelam. Papanya yang mengetahui itu memarahinya habis-habisan didepan semua teman-temannya. Usai acara itu dibubarkan, Lily dihukum Papanya diruang bawah tanah yang gelap semalam penuh tanpa makan dan minum. Sejak hari itu Lily menyadari sikapnya yang berubah pada Papanya. Ia memilih terus menghindari Papanya hingga dirinya tumbuh menjadi seorang gadis.
Lily mengepalkan tangannya kala sebuah memori melintas dibenaknya. Hari itu perayaan ulang tahun Papanya di pinggir pantai. Semua keluarganya hadir disana termasuk Rheanne yang dijemput oleh Papanya. Hari itu dirinya dan Rheanne bermain sebuah ayunan dipinggir pantai, Lily ingat ia meminta Rheanne untuk mendorongnya dari belakang. Dorongan demi dorongan Lily rasakan dibelakangnya dan tawanya memenuhi pantai itu bersama Rheanne, hingga kejadian dimana Rheanne mendorong ayunan dengan kencang yang menyebabkan Lily terjatuh hingga tangan kanannya terkilir. Lily kecil menangis histeris dan melaporkan kejadian itu pada Papa dan Mamanya. Hal yang membuat Lily marah Papanya sama sekali tidak memarahi Rheanne bahkan Papanya terlebih dahulu melihat keadaan Rheanne dan menggendong Rheanne menjauhi Lily dan Mamanya yang menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Traitor
FanfictionLisa dan Roseanne, tidak ada yang salah dengan perasaan kedua gadis itu. Hanya saja keduanya terjebak oleh perasaan yang sama terhadap pria yang sama pula. Keduanya memiliki alasan masing-masing mengapa harus mempertahankan dan mencari keadilan. Sem...