Kalau suka bab ini silahkan di vote teman-teman...
.
Lily dengan wajah seriusnya membolak-balik dokumen ditangannya. Saat ini dirumah, dihadapan kakek, nenek, dan Mamanya.
"Maafkan Kakek Lily, Kakek tidak bermaksud membiarkan Papa dan Mama mu berpisah. Akhir-akhir ini Kakek menyadari bahwa hubungan orangtua mu memang tidak bisa dipertahankan, akan ada yang selalu tersakiti. Kakek tidak akan menutup mata melihat kenyataan bahwa Papamu mencintai wanita lain lebih dari Mama mu. Kakek tidak ingin melihat Lisa lebih banyak tersakiti, ini satu-satunya jalan".
"Jangan terlalu dipikirkan Kakek, perhatikan saja kesehatanmu. Aku sudah tidak terkejut dengan akhir yang seperti ini".
Nyonya Jeon dan Mamanya tersenyum miris melihat Lily yang bisa memahami situasi.
"Kakek sangat bangga padamu. Cucuku sayang, jangan jadikan ini beban untukmu. Anggaplah ini awal baru dalam hidupmu".
Tuan Jeon memeluk cucunya itu dengan sayang.
"Aku merindukan Jungkook".
Tiba-tiba di suasana hangat itu Lily mendengar perkataan Neneknya yang merindukan Papanya.
"Tidak usah dipikirkan. Jungkook tidak kemana-mana, dia masih di Kota ini bersama Rheanne".
"Aku tahu, hanya saja tidak melihat kehadirannya dirumah ini selama beberapa hari membuatku sangat merindukannya".
"Nenek kita sudah bahagia tanpa Papa. Jadi tidak perlu dipikirkan, bagiku ada Papa atau tidak rumah ini sama saja".
Usai mengatakan itu Lily meninggalkan ruang keluarga dan memilih pergi menuju kamarnya.
"Nenek begitu menyayangi Papa bahkan ketika membuat kesalahan yang besar. Tapi mengapa Papa tidak pernah menyayangi ku sebesar itu, bahkan aku tidak pernah membuat kesalahan".
Sesampainya dikamar Lily mengunci pintu kamarnya dan meraih sesuatu dalam lacinya.
shhh..
Lily sedikit meringis namun ketika melihat cairan merah itu keluar perasaan tenang mulai memenuhi kepalanya. Cutter menjadi teman akrabnya selama satu bulan terakhir, menggores bagian pahanya atau pun lengan atasnya menjadi kegiatan rutinnya. Tidak ada yang menegtahui bahwa dirinya melakukan self harm itu.
Self harm adalah perilaku menyakiti diri sendiri karena tidak mampu meluapkan emosi. Hal ini berbahaya bagi fisik dan mental.
.
.
.
Rheanne fokus menonton dilaptopnya terkejut ketika merasakan benda dingin di wajahnya. Ternyata itu Daddynya yang menempelkan satu kaleng susu dingin.
"Untukmu".
"Terima kasih Dad, aku menyayangimu".
"Dad jauh kebih menyayangimu".
"Yayayaya terserah Dad".
"Budidaya sayur hidroponik?".
Rheanne memperhatikan Daddynya yang membaca judul video yang ditontonnya itu.
"Ya benar Dad".
Dengan cepat Rheanne membalikkan tubuhnya menghadap Daddynya.
"Dad pleaseeee, aku izin untuk membudidayakan tanaman hiroponik dibelakang rumah kita".
Rheanne memajukan bibirnya melihat helaan nafas Daddynya itu.
"Dad jika kau tidak setuju aku akan sering keluar rumah".
KAMU SEDANG MEMBACA
Traitor
FanfictionLisa dan Roseanne, tidak ada yang salah dengan perasaan kedua gadis itu. Hanya saja keduanya terjebak oleh perasaan yang sama terhadap pria yang sama pula. Keduanya memiliki alasan masing-masing mengapa harus mempertahankan dan mencari keadilan. Sem...