Bab 23

532 55 8
                                    


"Rheanne kau yakin kita tidak pulang sekarang. Paman Jung pasti tengah cemas mencarimu, aku juga tidak bisa menghubungi siapapun".

"Aku sangat bodoh, harusnya dipantai tadi kita mengisi daya ponsel".

Rheanne merasa kesal pada dirinya sendiri.

"El jika kau ingin pulang maka pulanglah. Aku tidak apa-apa sendiri disini".

Keduanya masih mencari kalung itu dengan bantuan lampu sorot mobil El.

"Bukan masalah itu Rheanne. Aku yakin paman pasti cemas saat ini, kau bisa terkena masalah besar".

"Sudah aku bilang aku siap jika Daddy marah padaku, saat ini yang terpenting kalung itu".

"RHEANNE! APA KAU SAMA SEKALI TIDAK MENGERTI!''.

El membalik tubuh Rheanne menghadap dirinya dan tanpa sengaja membentaknya. Tidak lama bunyi mobil dengan kecepatan diatas rata-rata berhenti mendadak tepat disamping mereka.

"SIALAN APA YANG KAU LAKUKAN PADA PUTRIKU!''.

"DAD KAU SALAH PAHAM, EL TIDAK MELAKUKAN APAPUN PADAKU!''.

Rheanne berusaha menghadang Daddynya yang menghajar tubuh El. Terlihat El hanya diam tanpa membalas pukulan itu.

"KAU INGIN MEMECAH PERSAUDARAAN LILY DAN RHEANNE? KAU INGIN MENCIPTAKAN PERMUSUHAN PADA MEREKA? BAGAIMANA JIKA LILY TAU KEKASIHNYA INI PERGI BERSAMA GADIS LAIN".

''APA KAU INGIN MEREBUT KEKASIH DARI SAUDARIMU SENDIRI RHEANNE!''

"DAD SETIDAKNYA DENGAR DULU PENJELASANKU!''.

"SIAPA YANG KAU CONTOH MENJADI SELIAR INI RHEANNE! DADDY TIDAK MENGAJARIMU APAKAH MOM YANG MENGAJARIMU?!''.

Rheanne merasa tertohok mendengar kalimat itu meluncur dari mulut Daddynya. Dirinya menjadi diam terpaku menatap kedua kakinya.

"Paman pelankan suaramu, tidak baik membentaknya seperti itu".

Rheanne mendongakkan kepalanya menatap mata itu. Mata yang tidak asing baginya.

"Aku sudah menjelaskan pada Paman. Sepertinya kau hilang dan susah dicari karena mencari kalung ini. Beruntung aku yang menemukannya dan aku langsung mencari Paman untuk memberikan kalung ini".

''Paman terlalu mencemaskanmu makanya tanpa sadar membentakmu. Jangan terlalu dimasukkan ke dalam hati".

Rheanne dengan cepat mengambil kalung itu dan manatap Daddynya.

"Harusnya Daddy tidak perlu mencariku jika hanya ingin aku mendengar kalimat menyakitkan seperti itu. Bukankah aku sudah biasa hidup tanpa Daddy. Di asrama aku jauh lebih sendiri dan aku terbiasa, lalu bahaya yang kata Dad mengancam hidupku nyatanya aku sudah melewati itu dan aku baik-baik saja".

Rheanne melambaikan tangannya melihat sebuah taksi yang melintas. Dengan cepat menaiki taksi itu dan meninggalkan ketiga pria yang masih terpaku dalam pikirannya masing-masing.

Sepanjang perjalanan Rheanne menangis sambil menatap foto Roseanne di liontin itu.

"Mom...aku sangat merindukanmu".

Sesampainya dirumah Rheanne membuka pintu rumah dan mengunci pintu itu menuju kamarnya. Dikamar itu ia kembali menangis terisak.

Rheanne menutup telinganya dengan bantal mendengar suara ketukan.

"Rheanne izinkan Dad bicara. Daddy minta maaf, Dad kelepasan marah padamu. Daddy akui Dad salah besar".

Berulang kali suara ketukan itu hingga berakhir sunyi. Rheanne memutuskan untuk membersihkan tubuhnya dan mendinginkan kepalanya.

TraitorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang