Bel jam istirahat sudah berbunyi sejak satu menit yang lalu. Kini para murid mulai berhamburan berjalan menuju kantin. Mawar menatap sekelilingnya, ramai sekali kantin ini seperti pasar. Saat ini hanya ada Mawar dan Darel sedang menunggu makanan di meja mereka, sedangkan Asha lebih memilih untuk memesan makanan.
"Buset nih kantin udah kek pasar aja," gumamnya.
Gumaman Mawar lumayan besar sehingga dapat di dengar telinga Darel. Darel yang awalnya menunduk sambil memainkan ponselnya, kini ia mendongakkan kepalanya dan memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. "Udah biasa nih kantin ramai."
Mawar hanya mengangguk sekilas, "Untung aja cepat kesini. Coba aja tadi lambat kesini, pasti keburu ramai dan gak kebagian tempat duduk."
"Oh iya, entar ada pertandingan basket. SMA Kertanegara lawan SMA Angkasa, pokoknya lo sama Asha harus nonton pertandingan ini," ujarnya.
Mawar mengerutkan dahinya, sepenting itukah dirinya dan Asha dianggap spesial oleh Darel? Padahal kan mereka hanya teman. "Kenapa?" Darel bertanya kepada Mawar, setelah melihat kerutan di dahi Mawar, seperti orang sedang bertanya-tanya.
"Lo anggap kami berdua sebagai apa? Teman?" Darel hanya mengangguk. "Ralat mungkin teman dekat," jawabnya.
Hanya teman dekat, ternyata. Mawar tak mau bertanya lagi mengenai hubungan mereka bertiga, mungkin benar apa yang dikatakan oleh Darel. Mereka hanya teman dekat, gak lebih. Atau mungkin ketika mereka dekat terus ada yang punya perasaan? Mawar menggelengkan kepalanya, tak mau berpikir yang tidak-tidak.
Mawar tersenyum kepada Darel, hanya senyum canggung. "O-oh oke, gue dan Asha pasti usahakan nonton pertandingan lo. Memang kapan pertandingan nya dimulai?"
"Mungkin minggu depan, belum ada pengumuman lebih lanjut dari coach. Entar gue kasih kabar lebih lanjut mengenai pertandingan itu," jawabnya.
"Wih kalian sedang bicara apa nih?" Asha bertanya kepada keduanya, tangan keduanya memegang sebuah nampa, berisi tiga mangkuk bakso itu.
"Eh, kita sedang membicarakan pertandingan basket. Jangan lupa nanti nonton pertandingan gue." Darel mulai mengambil semangkuk bakso itu.
Asha hanya mengangkat jempolnya itu. "Nanti minumnya diantar oleh Ibu kantin," katanya.
***
Terlihat seorang wanita paruh baya membawa nampan yang berisi tiga teh gelas, serta satu botol air mineral. Sebut saja wanita paruh baya itu dengan sebutan Ibu kantin, para murid disini juga sering memanggilnya dengan sebutan ibu kantin.
"Ini minumnya." Ibu kantin mulai meletakkan minuman keatas meja.
"Terima kasih, Bu," kata mereka. Ibu kantin itu mengangguk kemudian pergi dari hadapan mereka.
Darel segera membuka tutup botol air mineral itu, dengan cepat. Katakan saja bahwa Darel itu sedang kehausan sedari tadi. "Lo kayak gak pernah minum aja dah," celetuk Asha.
"Haus gue dari tadi, nunggu lo lama banget." Tangannya terulur menutup kembali tutup botol itu. Mawar sedari tadi melihat pergerakan Darel, mulai dari membuka tutup botol, meminum air mineral sampai menutup tutup botol itu.
"Maaf. Maklumi lah kantin lagi ramai," jawabnya. Tidak tahu saja bahwa Asha itu sudah susah payah mengantre buat memesan makanan mereka. Kakinya sampai pegal saking berdiri terus. Bersyukurlah masih ada dia yang mau mesan makanan.
"Dih, gak ikhlas lo."
"Emang," ketusnya.
Tatapan Asha beralih ke arah samping yang terdapat Mawar sedang melamun melihat Darel dengan intens.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Tersembunyi
Подростковая литература"Gue yang terluka, kalian yang bahagia." -Cinta yang Tersembunyi Tak mempunyai perasaan terhadap teman sendiri itu tidaklah mudah, apalagi mereka telah berteman sejak pertama kali menginjak masa putih abu. Dirinya selalu menepis pikirannya jika ia m...