Kanya dan Vanita membawa seember air dari toilet, lalu tanpa basa-basi lagi, mereka langsung menyiramkan air itu pada Mawar dan Asha dari arah belakang mereka. Mawar dan Asha yang mendapatkan perlakuan seperti itu tentu saja syok.
Rinda bersama kedua temannya itu tertawa kencang ketika melihat keadaan Mawar dan Asha basah kuyup semua.
"Makanya lo berdua jangan sok-sokan jadi pahlawan. Basah kuyup 'kan lo semua." Rinda masih tertawa kencang tanpa henti.
"Kurang ajar lo kakel songong!" Asha berniat ingin membalas perlakuan mereka, tetapi telat sudah mereka sudah melangkah pergi.
"Hih! Gue doain, semoga lo bertiga dapat karma!" Mawar memasang wajah kesalnya.
Asha dan Mawar langsung masuk ke dalam toilet, diikuti oleh adek kelasnya tadi.
"Sumpah ngeselin banget tuh kakel. Pengen gue cekik rasanya," omelnya. Asha menatap pakaiannya yang sudah basah kuyup.
"Kak." Adek kelasnya bernama Key itu memanggil keduanya yang tengah mengomel sedari tadi.
Mawar dan Asha langsung menoleh ke arahnya. "Maaf ya, kami lupa kalau masih ada lo. Kenapa?" tanya Mawar.
"Soal kejadian tadi, terima kasih ya kak karena kakak sudah membela aku tadi. Aku juga mau minta maaf, gara-gara aku kakak jadi basah kuyup." Key menundukkan kepalanya merasa bersalah.
Mawar memegang kedua pundak Key. Jarinya memegang dagunya, agar mendongak. "Gakpapa kok, emang seharusnya tuh kakel patut dilawan. Jadi lo gak seharusnya minta maaf, udah sepatutnya kami membela lo. Lain kali kalau ketemu kakel seperti itu, lo harus lawan, jangan takut."
Key mengangguk, "Bagaimana kalau aku membantu kakak? Sebagai permintaan terima kasih dan maaf."
Keduanya menjentikkan jarinya, mulai berpikir.
"Gimana kalau lo ke kelas XI IPA 4 buat ambil baju olahraga kami. Nanti lo tanya aja sama teman sekelas kami, kalau lo bingung," ujar Asha.
"Tapi aku takut kak. Gimana kalau teman sekelas kakak gak percaya sama aku?"
"Bilang aja kalau lo disuruh sama Mawar dan Asha. Oke?"
Key mengangguk paham, "Baik kak. Tunggu di sini ya kak, aku akan segera kembali." Key mulai melangkahkan kakinya berjalan keluar toilet.
***
Darel bersama Davanka berjalan di koridor dengan langkah santai, keduanya sehabis dari kantin. Kenapa cuma berdua saja? Karena Dimas dan Varen sudah Darel ajak, tetapi mereka tetap saja tidak mau, mungkin masalah mereka belum diselesaikan sampai sekarang. Darel saja ingin rasanya mempersatukan mereka berdua, agar terlihat akrab seperti sebelumnya.
Mereka berdua akan mulai memasuki kelasnya, tetapi mata Darel melihat ke arah kelas XI IPA 4 itu. Kedengarannya kelas mereka sedang bising dari dalam. Pikirannya teringat bahwa di kantin tadi dia tak menemukan Mawar dan Asha. Biasanya mereka berdua selalu datang duluan sekali, karena takut antre.
Apa mungkin mereka tidak ke kantin? batinnya bertanya-tanya keberadaan keduanya.
Tangannya menahan lengan Davanka yang hendak masuk kelas itu. Davanka langsung mengehentikan langkahnya dan mengangkat alis sebelahnya.
"Kita ke kelas sebelah dulu."
"Kenapa?" tanya Davanka.
"Gue mau samperin Zivan aja, dia belum bayar utang sama gue," alasannya. Padahal Zivan tak pernah sama sekali utang kepadanya.
Davanka melepas cekalan pada lengannya. Dia segera berjalan meninggalkan Darel sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Tersembunyi
Jugendliteratur"Gue yang terluka, kalian yang bahagia." -Cinta yang Tersembunyi Tak mempunyai perasaan terhadap teman sendiri itu tidaklah mudah, apalagi mereka telah berteman sejak pertama kali menginjak masa putih abu. Dirinya selalu menepis pikirannya jika ia m...