BAB 09

11 6 1
                                    

Matahari sudah mulai terbit sangat cerah. Membuat siapa saja yang mendongak ke atas akan terasa menyilaukan mata.

Mawar berjalan di koridor, tak lupa dihiasi dengan sebuah senyuman manisnya. Telinganya ia sumbat dengan headset bluetooth nya itu, memutar sebuah lagu favoritnya. Sesekali dia ikut menyanyikan lagu tersebut, sepertinya mood dia lagi baik saat ini.

Setelah melewati koridor yang penuh dengan murid berlalu lalang, kini Mawar sudah sampai di depan kelasnya.

"Selamat pagi wahai penghuni kelas," sapanya masih dengan senyuman manisnya.

"Pagi Maw," sahut murid di kelasnya yang sedang bertugas piket pada hari ini.

"Pagi Maw." Zivan menyahut sapaan dari Mawar itu, tetapi matanya melihat ke arah layar handphone nya tanpa menoleh. Pagi-pagi seperti ini dia sudah mabar bersama cowok di kelasnya. "Tumben lo nyapa, biasanya juga gak," lanjutnya.

"Karena hari ini mood gue lagi bagus, jadi gue menyapa kalian," jawabnya.

Mawar mulai berjalan ke arah bangkunya, lalu mendudukinya. Kepalanya menoleh ke samping, tepat ke arah bangku milik Asha. Terlihat sudah ada tas yang bertengger di kursi itu, tetapi orangnya tidak ada.

Kemana si Asha? Tas nya doang yang ada, orangnya gak ada

Tangan Mawar merogo saku roknya, mencari benda gepeng di dalam sana. Mawar membuka ponselnya itu, terdapat banyak sekali notif pesan masuk, padahal baru saja ia tinggal selama beberapa menit. Matanya menyipit ketika pesan masuk dari sahabatnya itu.

Ia segera membuka pesan dari Asha.

Ashaa
Terlihat dilihat pukul 07.06

Maw, gue lagi rapat osis nih
Kalau gue belum masuk kelas, berarti masih rapat
Tolong izinin gue ya

                                                              // Okee

Mawar memasuki ponselnya ke dalam saku roknya itu. Ia membenamkan kepalanya dalam tumpuan tangannya itu.

Lama-lama gue tidur nih

Bel masuk sekolah telah berbunyi. Mawar mengangkat kepalanya dari tumpuan tangannya itu. Terlihat guru bahas inggris nya, Mem Sari kini sudah memasuki kelasnya.

"Good morning all ," sapa Mem Sari itu.

"Morning too," sahut para murid.

"Gimana liburan naik kelas kemarin? Seru?"

"Gak seru Mem, kerjaan saya hanya rebahan doang Mem. Di rumah kena omel Emak mulu Mem, mana gak boleh keluar pula." Zivan menjawab pertanyaan guru itu, sesekali ia sedang curhat kepadanya.

Sontak semua murid di kelasnya terkekeh mendengar perkataan Zivan itu. Tetapi, mereka menyetujui perkataan sang ketua kelas.

"Jadi lebih seru libur atau sekolah nih?" Guru itu bertanya lagi dihiasi senyuman di wajahnya.

"Enak sekolah sih Mem dapat uang jajan, terus gak kena omel. Tapi, saya mau kalau sekolah itu tugas gak numpuk, terus jamkos setiap saat," jawab Zivan dengan wajah cengengesan nya.

"Yasudah kamu saja yang jadi kepala sekolahnya."

"Doain saya jadi orang sukses dulu Mem. Nanti kalau saya sudah sukses, saya akan membuat sekolah yang isinya penuh dengan jamkos dan gak ada tugas sama sekali."

Cinta yang Tersembunyi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang