Motor Mawar kini telah sampai di lokasi kecelakaan. Mawar dan Asha segera membuka helm pada kepalanya, lalu mereka turun dari motor. Keduanya menghampiri tempat kecelakaan tersebut.
Terlihat ada sebuah pohon menimpa mobil tersebut, sepertinya mobil tersebut menabrak pohon itu hingga tumbang. Bahkan kondisi tempat kejadian tersebut sangat ramai. Ada banyak polisi, serta warga yang berdatangan. Tak lupa ada seorang wartawan sedang menginterogasi salah satu warga.
"Maw, ini 'kan mobil bokap lo?" Asha menunjuk pada mobil yang terletak di belakang mobil kebakaran tersebut.
Mawar langsung mengalihkan pandanganya pada mobil itu. Mata Mawar melebar saat melihat depan mobil tersebut terkena kebakaran. Dia segera menghampiri salah satu polisi.
"Maw, tunggu gue." Asha segera mengejar Mawar yang ingin menghampiri polisi tersebut.
Asha melihat bahwa Mawar memberikan tatapan kosongnya, setelah berbicara pada polisi itu. Air matanya perlahan mulai keluar dari pelupuk matanya.
"Sha, bokap nyokap gue." Mawar menatap lurus ke depan.
"Bokap nyokap lo kenapa Maw?" Asha mengguncangkan tubuh Mawar.
"Kata polisi tadi, kecelakaan ini sepasang suami istri. Terus mobil di belakang tadi terkena ledakan mobil di depan," jelasnya.
"Gue takut, takut kalau orang tua gue kenapa-kenapa," lanjutnya. Kini Air matanya tak berhenti keluar.
Asha segera memeluk erat tubuh Mawar. "Lo gak boleh ngomong seperti itu Maw. Orang tua lo pasti gak kenapa-kenapa. Positif thinking Maw." Tangannya terulur mengelus punggung sahabatnya.
"Gue takut, Sha." Mawar berbicara dengan suara bergetar hebat.
"Keadaan orang tua lo sekarang di mana?" Asha melepaskan pelukannya dan menatap wajah sembab sahabatnya.
"Korban dibawa ke rumah sakit dekat sini," jawabnya.
"Yaudah, sekarang kita ke rumah sakit." Asha merangkul pundak Mawar.
Mereka segera menghampiri keberadaan motor mereka. Mawar hendak menaiki jok motor depan langsung terhenti. "Biar gue aja yang bawa motornya," ujar Asha.
Mawar mengangguk singkat. Ia segera berpindah pada jok belakang motor.
***
Setelah sampai di depan bangunan rumah sakit, Mawar segera melepas helmnya. Mawar hendak pergi duluan, tetapi lengannya dicekal duluan oleh Asha.
"Barengan aja," ujarnya.
Asha turun dari motor dan menarik lengan Mawar. Keduanya mulai masuk ke dalam rumah sakit.
Langkah Asha berhenti, alhasil Mawar juga ikut berhenti. "Kita tanya ke suster dulu." Asha menarik lengannya lagi.
"Sus, orang yang baru saja kecelakaan tadi di ruang mana ya?" tanya Asha.
"Yang mana ya? Di sini ada empat orang kecelakaan sepasang suami istri. Salah satunya telah merenggut nyawa, satunya lagi tengah diobati oleh dokter," jawab suster itu.
"Merenggut nyawa?"
Suster itu mengangguk. "Iya, satunya lagi sedang diobati."
"Terima kasih, Sus."
Suster mengangguk sebagai balasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Tersembunyi
Novela Juvenil"Gue yang terluka, kalian yang bahagia." -Cinta yang Tersembunyi Tak mempunyai perasaan terhadap teman sendiri itu tidaklah mudah, apalagi mereka telah berteman sejak pertama kali menginjak masa putih abu. Dirinya selalu menepis pikirannya jika ia m...