BAB 31

47 5 0
                                    

"Dimas, Varen!"

Sontak semuanya langsung menoleh pada orang yang tengah memanggil, bahkan murid tadi sempat menghentikan langkahnya.

"Zivan? Ngapain lo ke sini? Bawa tas pula, baru datang lo?" tanya Varen.

"Po-pokoknya ka-kalian ha-rus..."

"Ngomong apa, sih, lo Ziv? Gak jelas banget," gerutu Varen.

"Gue capek tahu gak?! Lari dari kelas sampai ke sini butuh tenaga yang banyak, mana gue bawa tas pula," ucap Zivan dengan nada tak santai.

"Itu salah lo! Ngapain juga lo lari-lari dari kelas sampai sini." Varen menatap Zivan dengan wajah datarnya.

"Iya juga," cengir Zivan.

Varen memutar bola matanya, malas sekali dia menanggapi orang seperti Zivan. "Mau ngapain lo? Ganggu tahu gak?!"

"Itu berita si Dimas yang katanya mau dikeluarin dari kelas IPA sama mau dikeluarin dari tim basket udah nyebar di akun sosmed sekolah kita," jelas Zivan.

"Akun lambe turah atau sekolah?"

"Akun sekolah kita, eh akun lambe turah. Eh, bukan," jawabnya.

"Gimana, sih, lo ngasih informasi setengah-setengah," sesal Varen.

"Gue lupa masalahnya."

"Pikun lo!" cetus Varen.

Varen mengeluarkan ponsel di dalam saku celananya. Ia segera membuka akun sosmednya. Matanya membelalak kaget pada berita yang baru ia baca.

"Dim." Varen menatap Dimas.

"Kenapa Ren?"

"Berita lo udah ke sebar."

Dimas segera mengambil alih ponsel itu dengan cepat.

@lambeturahsmakerta

Haii, haiii.
Kembali lagi bersama Mimin yang cantik dan cakep.
Mimin mau ngasih informasi yang penting, penting, sangat penting. Saking pentingnya Mimin sampai mau meninggoy dengarnya. Kalian tahu gak? Si Dimas anak kelas XI IPA 4, anak tim basket, dan temannya Darel, loh. Pasti kenal kan? Masa gak kenal, sih. Nah, jadi si Dimas ini katanya mau dikeluarin dari kelas IPA, mengejutkan bukan? Terus katanya dia juga mau dikeluarin dari tim basket, loh. Kalian tahu apa penyebabnya? Mimin dengar, sih, ini gegara dia jadi sumber masalah di tim basket, sampai gak bisa menang. Mana dia juga udah mukul si Varen-temannya. Parah banget 'kan? Mimin, sih, setuju sama keputusan kepala sekolah. Kalau tanggapan dari kalian gimana, nih?

Tak hanya sampai situ, Dimas juga membaca seluruh komentar yang diberikan dari murid di sini. Rata-rata para murid sini memberikan komentar yang negatif, bahkan ada yang memberi dia umpatan.

Dimas mengembalikan ponsel itu pada Varen. Tubuhnya seketika lemas setelah membaca berita itu.

Varen mengepalkan tangannya kuat. Ia sangat marah pada orang yang telah menyebar berita ini.

"Kan benar apa kata gue kalau teman lo itu cuma beban di tim lo. Lagian dia juga udah mukul lo sampai babak belur," ujar salah satu murid itu.

"Iya Ren. Lo kok masih mau berteman sama si Dimas." Salah satu dari mereka menambahkan omongan, hingga membuat emosi Varen meluap. Ingin sekali dirinya memukul murid ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta yang Tersembunyi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang