Pelajaran matematika adalah pelajaran yang tidak diminati oleh para murid. Setiap pelajaran ini ada, pasti para murid akan menahan kantuk yang terasa berat. Mereka hanya melihat guru di depannya sedang menerangkan, tetapi materi yang diterangkan tak sama sekali menyangkut di otak mereka. Ibaratkan masuk telinga kanan keluar telinga kiri, seperti itulah.
"Zivan!" Guru matematika itu memukul meja Zivan sangat keras.
Sontak Zivan langsung mengangkat kepalanya dari tumpuan tangannya. Badannya mendadak jadi gemetaran, saat ia melihat guru matematika itu ada di hadapannya.
"Kamu ini enak sekali tidur di jam pelajaran saya. Saya sudah menerangi semua rumus matematika, kamu malah tidur. Sebagai ketua kelas, harusnya kamu bisa mencontohkan yang baik bukan seperti ini!" Guru itu memasang wajah garangnya itu.
Duh, telinga gue jadi panas dengarnya batinnya.
"Kamu dengar gak apa yang saya omong ke kamu?!"
"Gak, Bu." Zivan menggelengkan kepalanya polos.
"Keluar kamu dari sini!" Guru itu membentak Zivan, jarinya menunjuk arah pintu keluar.
"Tapi kan saya mau belajar Bu, biar pintar," jawabnya.
Guru itu menghela napasnya, berusaha memendam amarahnya. "Baiklah, kamu saya kasih kesempatan. Kalau kamu masih tidur, saya tidak segan-segan akan mengeluarkan kamu dari kelas ini."
"Lah Bu, kenapa saya tidak dikeluarkan sekarang?"
"Kata kamu tadi mau belajar, yaudah saya beri kamu kesempatan."
"Kan tadi saya cuma basa-basi doang, Bu. Biar Ibu tidak marah lagi," jawabnya enteng.
"Zivan!" jerit guru itu.
"Kenapa, Bu?" Zivan menaikkan alis sebelahnya, belum lagi nada dia bicara sangat santai.
"Keluar kamu sekarang! Saya anggap kamu hari ini tidak hadir dalam pelajaran saya," kata guru itu.
Zivan mulai berdiri dari duduknya. "Baik Bu, saya akan keluar dari kelas ini." Tangannya terulur ingin memegang tangan guru itu.
"Mau apa kamu?!"
"Mau salim lah Bu, biar saya jadi anak yang saleh."
"Saya tidak mau."
Zivan menarik tangannya kembali. "Yasudah kalau Ibu tidak mau, padahal niat saya baik loh. Semoga dosa saya pindah ke Ibu, karena Ibu tidak mau menerima jabatan tangan saya." Zivan langsung pergi secepat mungkin, sebelum guru itu mengamuk.
"Zivan! Kurang ajar kamu!"
Belum satu menit Zivan pergi, guru itu kembali berteriak memanggil namanya.
***
Zivan berjalan santai di koridor sekolahnya itu. Tujuannya saat ini adalah kantin. Perutnya sudah lapar minta diisi sedari tadi, beruntungnya dia bisa cepat-cepat ke kantin.
"Akhirnya gue bisa bebas dari jeratan guru itu." Zivan tak berhenti tersenyum kala dia bisa kabur dari pelajaran itu.
"Mawar!"
Langkahnya sontak terhenti karena dia mendengar suara seseorang.
"Tunggu, gue kek dengar suara Asha? Asalnya dari lapangan deh," gumamnya.
Zivan mulai melangkah memasuki kawasan lapangan itu. Matanya melebar saat melihat Mawar terguling pingsan di tengah lapangan itu. Dia segera menghampiri keberadaan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Tersembunyi
Teen Fiction"Gue yang terluka, kalian yang bahagia." -Cinta yang Tersembunyi Tak mempunyai perasaan terhadap teman sendiri itu tidaklah mudah, apalagi mereka telah berteman sejak pertama kali menginjak masa putih abu. Dirinya selalu menepis pikirannya jika ia m...