Asha langsung memutar kenop pintu uks, lalu mulai melangkah memasuki ruangan uks itu. Di belakangnya terdapat Zivan yang menyusulnya. Kedua tangannya membawa sekantong kresek berisi makanan.
Asha terdiam sejenak, matanya masih melihat Mawar yang sedang duduk. Keduanya saling bertatap, hingga pada akhirnya Asha langsung berhamburan memeluk Mawar.
"Akhirnya lo sadar juga Maw. Gue cemas tadi lo pingsan tiba-tiba." Tanpa sadar air mata Asha telah keluar dari pelupuk matanya.
"Udah, gue gakpapa kok." Mawar membalas pelukan dari Asha. Tangannya terulur mengusap punggung sahabatnya itu.
"Lo jangan nangis, gue gakpapa kok," lanjutnya.
Sontak Asha langsung melepas pelukan mereka. Jarinya mulai mengelap air matanya yang keluar.
"Gue gak nangis kok, fitnah deh lo. Lagian masa sih seorang Asha menangis, cengeng banget. Gue tuh kuat, buktinya gak nangis nih." Asha menunjuk kedua matanya yang tak ada air mata lagi.
Mawar terkekeh mendengar penuturan Asha itu. Jelas-jelas dia melihat bahwa tadi Asha menangis. Buktinya kedua mata dia sembap, belum lagi hidungnya yang merah. Sangat terbukti bahwa dia tadi menangis.
"Cengeng banget lo Sha," kekeh Zivan.
"Enak aja lo! Gue itu kuat," balasnya.
Zivan menaruh dua kantong kresek ke atas nakas.
"Mana ada lo kuat? Yang ada lo itu lemah.""Harusnya lo sadar diri dong! Siapa coba tadi disuruh angkat Mawar ke uks gak mau? Mana alasannya gak masuk akal," cibir Asha.
"Masuk akal kok alasan gue."
"Mana ada?!" Asha langsung memasang wajah garangnya itu.
"Udah, stop! Cape gue dengar lo berdua debat mulu," lerai Mawar.
"Mending kita makan aja. Perut gue lapar dari tadi, nunggu Asha lama," sambungnya.
"Salahi Zivan noh yang jalannya lama, mana dihadang si caper," gerutu Asha.
"Salahi gue aja terus. Lagian jalan lo yang cepat amat," ucap Zivan.
Darel mengerutkan keningnya bingung. "Kak Rinda maksud lo Sha?"
Asha mengangguk. "Siapa lagi kalau bukan dia? Kakel caper itu nyari lo tadi, tapi kagak ketemu sama lo. Jadinya dia hadang jalan gue sama Zivan. Dia nanya keberadaan lo, gue jawab gak tahu lah. Mana gue disuruh beri tahu dia kalau ketemu lo, yaudah gue iyakan saja. Lagian malas banget gue beri tahu," jelasnya.
"Syukur deh."
"Makan yuk. Entar aja lanjut bincangnya, perut gue udah lapar dari tadi," ujar Zivan.
Mereka bertiga mengangguk menyetujui, tanpa ada bantahan lagi.
***
"Nih Maw makan lagi." Asha tak berhenti menyuapkan makanan sedari tadi kepada Mawar.
"Udah Sha, gue udah kenyang. Dari tadi lo nyuap gue mulu, gue masih punya tangan kali." Mawar berbicara kepada Asha dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Pokoknya lo harus makan yang banyak, biar perut lo gak lapar lagi," katanya.
"Tertekan Mawar, Sha," celetuk Zivan.
Asha langsung melayangkan tatapan tajamnya pada Zivan. "Apa kata lo?!" sengitnya.
"Hah, apa? Gue gak bilang apa-apa," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Tersembunyi
Teen Fiction"Gue yang terluka, kalian yang bahagia." -Cinta yang Tersembunyi Tak mempunyai perasaan terhadap teman sendiri itu tidaklah mudah, apalagi mereka telah berteman sejak pertama kali menginjak masa putih abu. Dirinya selalu menepis pikirannya jika ia m...