BAB 27

10 4 0
                                    

Saat ini Mawar dan Asha sedang disibukkan dengan menghias kue. Keduanya sudah berunding akan menghiasnya sederhana, hanya terdapat gambar dua orang saja, beserta beberapa gambar di pinggirnya.

"Lo mau ikut digambar gak? Biar kek keluarga gitu." Mawar menatap ke arah Asha.

Asha menggelengkan kepalanya. "Gak usahlah. Ini 'kan buat kedua orang tua gue, bukan buat gue."

"Siapa tahu lo juga mau digambar." Mawar melanjutkan menghiasi bagian area samping kue.

Dirasa sudah cukup gambarannya. Mereka berhenti menghias, lalu mereka melihat-lihat hasilnya.

"Gimana?"

"Lumayan lah. Gak terlalu bagus, gak terlalu jelek. Jadi sedang lah," jawab Asha.

"Kira-kira orang tua gue suka gak ya? Takutnya mereka gak suka, terus buang kuenya," kata Asha.

Mawar menghela napasnya lelah. "Gue yakin orang tua lo bakal suka. Walaupun gak seenak beli, tapi ini hasil buatan kita sendiri. Lagian gak mungkin orang tua lo bakal buang kuenya, toh kuenya hasil kerja keras lo."

"Benar juga."

"Habis ini lo mau ngapain?" tanya Mawar.

Asha berpikir sejenak. "Buat buket bunga sama hias ruang tamu. Kalau lo mau pulang, pulang aja."

"Ngusir nih ceritanya?"

Asha menyengir. "Gak, gue gak ngusir kok. Mungkin lo capek karena habis pulang sekolah langsung nemenin gue belanja, terus buat kue sampai semalam ini. Jadi, kalau lo mau pulang, pulang aja."

"Gue akan bantuin lo sampai selesai." Mawar memberikan senyuman tulusnya.

"Serius?"

Mawar mengangguk. "Tenang, gue udah bilang sama nyokap tadi."

"Yaudah kalau gitu. Mending kita langsung buat aja buketnya."

Mawar mengangguk, lalu berjalan menuju ruang tamu. Tangannya mulai mengambil salah satu bahan buat buket.

"Serius ini mau buat buket?" Mawar menatap Asha yang baru saja datang.

"Iya lah. Emangnya kenapa?"

"Gakpapa. Gue cuma heran aja," ujarnya.

Alis Asha terangkat sebelah. "Heran kenapa?"

"Gak jadi."

"Gak jelas banget deh lo. Btw bagus gak kalau pitanya warna pink?" tanya Asha.

"Buketnya warna apa?"

"Rencananya sih mau warna pink," jawabnya.

"Menurut gue nih ya, lo buat buketnya dua aja, warna biru sama pink. Gimana?"

"Ide yang bagus! Gue setuju!" seru Asha.

***

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu terdengar dari luar membuat Darel yang semulanya sedang bermain ponsel mengalihkan pandangannya.

"Darel, ini Mama."

"Masuk aja Ma, gak dikunci kok," sahutnya dari dalam.

Ceklek

Pintu terbuka. Mamanya tersenyum ke arah Darel, lalu melangkah mendekati sang putra.

"Darel, kamu ada masalah?"

Darel menggelengkan kepalanya. "Gak ada kok Ma."

"Kamu serius?" Darel mengangguk. "Beneran Ma, gak ada."

Cinta yang Tersembunyi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang