BAB 17

9 6 0
                                    

Darel berjalan di koridor dengan tatapan wajah datarnya, dirinya sedang menahan emosi sedari tadi. Tak lupa kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya. Tujuannya saat ini adalah ke kelas Rinda.

Setelah sampai di depan kelas Rinda, Darel segera mendorong perlahan pintu kelas itu yang sedikit terbuka. Kehadirannya saat ini disambut dengan tatapan tak percaya dan bingung dari murid di kelas itu.

Para murid itu mengerutkan keningnya bingung, ada yang bisik-bisik sembari memperhatikan kedatangan Darel.

"Darel? Lo ngapain ke sini?"

"Tumben banget lo mau ke kelas ini. Biasanya juga gak mau, paling ke sini disuruh guru."

"Darel! Kamu kenapa ke sini?" Rinda segera menghampiri Darel dan langsung memeluk lengannya.

Sudah Darel duga, bahwa kedatangannya kemari akan membuat heboh kelas ini, terutama Rinda.

"Lepas." Darel melepaskan tangan Rinda yang bertengger pada lengannya.

"Kamu kenapa ke sini? Kangen aku ya?" tanya Rinda.

"Gue mau ngomong sama lo."

Wajah Rinda langsung sumringah senang, kapan lagi Darel mau ngomong sama dia? Ini kesempatan emas untuknya. "Boleh! Tapi jangan di sini, entar ada yang nguping pembicaraan kita." Rinda menarik lengan Darel agar mengikutinya.

"Rinda, lo mau ke mana?" Kanya-temannya itu memanggil dia.

Rinda menghentikan langkahnya sejenak. "Gue mau bicara berdua sama Darel. Lo berdua gak usah ikut, karena ini rahasia." Rinda segera pergi.

"Dia mau ke mana kira-kira?" tanya Vanita.

"Taman belakang kali. Gue duga sih, kalau Darel mau nyatain perasaannya," ujar Kanya.

"Kenapa bisa begitu?"

"Mungkin, Darel sadar kalau selama ini Rinda mencintai dia dengan tulus. Pada akhirnya dia punya perasaan dan berakhir menyatakan perasaannya," jelasnya.

"Gak mungkin lah secepat itu. Darel aja setiap ngelihat Rinda, dia selalu menghindar. Gimana mau punya perasaan," ucap Vanita.

"Gue bilang 'kan mungkin, berarti belum tentu dong." Kanya beranjak pergi ke bangkunya.

***

Rinda membawa Darel ke taman belakang sekolah. Taman ini kadang sepi kadang ramai, padahal taman ini lumayan bagus dan udaranya sejuk. Walaupun jarang ada yang ke sini, taman ini selalu terawat dan dibersihkan oleh tukang bersih-bersih di sini.

Rinda tersenyum. "Kamu mau ngomong apa?"

Darel menatapnya dengan tatapan datarnya. "Gue mau, lo jangan ganggu Mawar dan Asha lagi."

Sontak Rinda langsung melunturkan senyumannya. "Kenapa?"

"Karena lo, mereka berdua basah kuyup," ujarnya.

"Karena gue siram mereka, lo sampai marah sama gue?!"

"Gue gak marah! Gue hanya bilang sama lo. Sikap lo itu udah kelewat batas. Lo harus diberi peringatan." Darel menetralkan napasnya agar emosinya tak meluap.

"Gue gak butuh peringatan dari lo. Lagian itu salah mereka udah ganggu kegiatan gue."

"Kegiatan bully lo, gitu? Seharusnya lo itu kakak kelas mencontohkan yang baik buat adek kelas lo, bukan bully seperti ini," ujar Darel.

Cinta yang Tersembunyi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang