BAB 11

26 7 0
                                        

Hari ini adalah hari weekend. Biasanya orang-orang akan bangun pagi hanya sekedar buat joging, menghirup udara segar di pagi hari. Atau mungkin orang akan refreshing untuk merilekskan pikiran mereka. Tetapi tidak dengan gadis yang sedang tertidur pulas. Walaupun jam sudah menunjukkan pukul sembilan, ia masih betah memejamkan matanya itu.

Drrt Drrt Drrt

Ponselnya bergetar selama beberapa kali, entah itu sudah yang ke berapa kali ponsel itu berdering. Sang empu masih saja betah memejamkan matanya itu.

Drrt Drrt Drrt

Ponselnya mulai bergetar lagi. Getaran kali ini, membuat sang empu mau tak mau harus membuka matanya. Telinganya serasa berdenging, ketika mendengar getaran tersebut.

"Maw, buka pintu! Gue udah di depan rumah lo noh." Sontak Mawar langsung melihat nama yang tertera di telponnya.

"Astaga, Sha! Lo kenapa pagi buta ke rumah gue? Mau demo lo?!" ucapnya.

"Bahas nya entar aja, pas gue udah masuk. Sekarang tugas lo hanya turun ke lantai bawah, terus buka pintu. Capek gue berdiri mulu," omel Asha.

Mawar mematikan telepon itu sepihak. Ia mulai keluar dari kamarnya, lalu menuruni tangga dan membuka pintu utama. Terlihat Asha dengan wajah kesalnya itu menatap tajam ke arah nya. Tangan kanannya membawa sebuah koper berwarna pink, sepertinya itu punya dia.

Asha masuk ke dalam rumah Mawar itu, tanpa disuruh. Kakinya ia sengaja hentak, agar Mawar tahu bahwa dirinya sedang kesal.

Mawar segera menutup pintu utamanya, tak lupa ia kunci juga. "Lo kenapa dah? Datang-datang dengan wajah kesal kek gitu." Mawar menduduki dirinya di sofa, tepat disamping Asha.

Asha berdecak kecil, "Gue kesal sama lo! Telepon gak diangkat, pintu gak dibuka. Capek gue berdiri mulu," gerutunya.

"Maaf lah," tutur Mawar.

"Sebagai permintaan maaf, lo harus bikinin gue jus jeruk," suruhnya tak lupa dengan senyuman jahilnya.

"Siap kanjeng ratu." Mawar mulai berjalan meninggalkan Asha sendiri.

Berasa jadi pembantu gue gerutunya dalam hati.

Mawar tersenyum jahil, ketika otaknya mempunyai sebuah ide cerdik. Dia segera membuatkan jus jeruk buat Asha, tapi versi dia sendiri. Tangannya mengambil gelas kosong, lalu ia tuangkan jus jeruk itu ke dalam gelas itu.

Tangannya mulai membuka tutup toples yang berisi garam halus, mulai menyendok garam itu menggunakan sendok. Dua sendok garam sudah ia masukkan ke dalam gelas itu.

Sepertinya udah cukup batinnya.

Dirasa sudah cukup, ia mulai mengaduk jus itu, agar garamnya segera ikut tercampur. Mawar segera membawa jus itu untuk segera diminum Asha.

Jahil dikit gak apalah.

***

Seorang remaja lelaki itu, mulai memasuki area gym. Matanya melihat sekitaran yang terlihat ramai. Ah, sudah lama dia tidak pergi ke tempat ini.
Hobinya memang suka berolahraga, tetapi akhir-akhir ini ia melakukan olahraganya berkurang. Walaupun dia sering berolahraga main basket, tetap saja hobi favoritnya hanya nge gym.

Mungkin inilah waktunya yang tepat buat meregangkan ototnya kembali, setelah seharian bermain basket tanpa henti.

Darel, sebut saja remaja itu Darel.

Darel segera mengangkat peralatan gym itu secara perlahan. Dia hanya fokus pada peralatan gym itu saja.

Lima menit sudah berlalu. Keringat sudah membasahi tubuhnya, namun Darel masih betah saja di tempat ini. Sepertinya dia sangat fokus, sampai-sampai dia mengabaikan tatapan para wanita disini.

Cinta yang Tersembunyi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang