Worry

1.3K 122 18
                                        


Soobin menangis sesegukan di depan pintu emergency room. Tadinya soobin bahkan marah-marah ingin menerobos pintu karena tidak di bolehkan untuk mengikuti yeonjun yang sedang di periksa oleh dokter.
Sopir yang mengantar soobin pun mencoba menenangkan soobin dan menahan tangan soobin yang sedari tadi memukul-mukul kepalanya sendiri.
"Sudah tuan, pasti dia baik-baik saja. Kita berdoa saja, dia sepertinya seorang pemuda yang kuat, saat saya perhatikan juga orangnya sangat mandiri walaupun ternyata sedang hamil. Apa pemuda itu sedang mengandung anak dari tuan soobin?" Tanya pak sopir hati-hati.

"Iya, yeonjun mengandung anakku. Tapi aku sendiri tidak tahu, bagaimana ini pak? Aku merasa menjadi lelaki bejat." Ucap soobin sambil terus menyalahkan dirinya.

"Tuan memang bersalah, tapi tuan adalah lelaki yang bertanggungjawab. Lagipula wajar saja setiap manusia pasti punya salah tuan. Lebih baik tuan segera memberitahu ayah dan ibu tuan kabar ini." Nasehat pak sopir sambil menepuk bahu soobin.
"Bukankah tuan dan nyonya besar ingin tuan segera mengenalkan calon istri tuan?" Tanya pak sopir meyakinkan.

Soobin pun mengangguk mantap, "soobin akan mengabari ayah dan ibu setelah yeonjun dalam keadaan baik."







Kini soobin terus menggenggam tangan kecil yeonjun yang terasa panas setelah perdarahan ringan tadi, sekarang yeonjun juga sedang mendapatkan tranfusi darah karena hbnya yang rendah.

Tubuh yeonjun tampak lebih kurus sehingga tampak kontras jika di bandingkan dengan perutnya yang besar.
Soobin semakin merasa sedih karena dirinya yang tidak tahu diri membuat hidup yeonjun menjadi berat dan rumit. Bahkan selama ini yeonjun menutupinya dengan rapih tanpa ada yang tahu jika yeonjun sedang hamil.

Soobin tahu jika yeonjun sangat membutuhkan dirinya, tapi karena terlalu kecewa setelah kejadian 2 minggu lalu membuat yeonjun tidak mau bertemu soobin lagi.
Sebagai calon ayah dari anak yang di kandung oleh yeonjun, soobin akan berusaha memperbaiki semuanya dengan yeonjun.









Soobin terbangun saat merasakan ada gerakan pelan jari-jari lentik yang menoel-noel pipinya.
Dengan tiba-tiba soobin menahan tangan yeonjun dan mengecupnya lama sambil meneteskan air mata dan yeonjun bisa merasakan tetesan air mata soobin yang membasahi tangannya.

"Hiks njunn," Rengek soobin sambil memeluk tubuh yeonjun dengan manja.
"Maafin kakak junn," Ucap soobin dengan raut bersalah dengan wajah serta hidung yang memerah karena menangis.
Hal itu sukses membuat yeonjun terkekeh pelan karena wajah soobin yang biasanya manly malah terlihat lucu seperti bayi saat ini.
Soobin malah semakin sesegukan saat mendengar kekehan yeonjun yang tidak seperti biasanya, terdengar lemah sehingga soobin kembali menangis.

"Hiks ada yang sakit jun? Perutmu masih sakit? Lemas? Pusing?" Tanya soobin dan diangguki yeonjun, "sedikit kak," Ucap yeonjun yang lebih mirip seperti bisikan.

"Bayinya tidak papa kan?" Tanya yeonjun sambil menaruh telapak tangannya di atas perutnya yang masih terlihat sama, selama tidak mengempes berarti baik-baik saja menurut yeonjun.

"Bayinya kuat karena ibunya juga kuat, makasi ya jun, maafin kakak karena tidak tahu." Ucap soobin menyesali dirinya.

"Njun juga minta maaf kak," Ucap yeonjun dan perlahan menarik tangan soobin dan menaruh telapak tangannya di atas perut yeonjun.
"Pengin elus," Pinta yeonjun manja membuat soobin dengan hati-hati mulai mengelus perut yeonjun dengan tempo pelan dan sangat lembut.

"Makasi ya kak udah nolongin njun, kalo ngga ada kakak mungkin njun uda__"
"Sst," Soobin menaruh jari telunjuk nya ke depan bibir yeonjun.
"Jangan bilang gitu jun," Ucap soobin dan mengecup bibir yeonjun sekilas.
Yeonjun pun mengangguk dan tersenyum kemudian memejamkan matanya sambil menikmati elusan soobin yang terasa nyaman untuk perutnya yang sebelumnya terasa sakit.













Sedari tadi yeonjun merengek ingin pulang, padahal baru saja siuman dan kondisinya masih mengkhawatirkan.
"Mau pulang kak," Pinta yeonjun sambil menarik-narik kecil baju soobin yang sedang menyuapi yeonjun.
Soobin pura-pura tidak mendengar karena ini sudah ke sekian kalinya yeonjun merengek minta pulang.

Yeonjun merengut tidak suka karena soobin mengabaikan perkataan yeonjun dan malah meminta yeonjun untuk menghabiskan buburnya.


"Njun mau pulang sendiri deh," Ucap yeonjun sambil mencoba beranjak dari ranjang saat soobin sedang mengambilkan minum.
Baru saja telapak kaki telanjangnya menyentuh lantai dan mencoba berdiri, tapi yeonjun sudah merasa lemas untuk melangkah, untungnya soobin sudah kembali dan menahan tubuh yeonjun yang hampir ambruk lagi.

"Tuh kan, di bilangin juga." Ucap soobin sambil mengangkat yeonjun kembali ke ranjang.
Yeonjun hanya cengengesan merasa bersalah membuat soobin gemas dan mencubit pipi yeonjun pelan.

"Sebentar ya, njun mau jalan-jalan kan?" Tanya soobin sambil memperhatikan wajah yeonjun yang berseri-seri saat soobin mengucapkan kata jalan-jalan.

Yeonjun mengangguk semangat, "mau mau,"
"Ya udah tunggu di sini ya, jangan kemana-mana lho." Ingat soobin dengan muka yang di garang-garang kan tapi malah membuat yeonjun tertawa.

"Hahahaha aduh aduh kakak tambah comel kalo marah," Ucap yeonjun sambil tertawa kencang tapi tiba-tiba terdiam saat merasakan tendangan si kecil dari dalam perutnya, tangan yeonjun beralih memegang perut dan tertawa kembali.
"Kenapa jun?" Heran soobin karena yeonjun tertawa kembali setelah memegang perut, padahal soobin sudah khawatir saat yeonjun memegang perutnya kembali.

"Dedenya nendang kak," Ucap yeonjun senang.
Soobin yang mendengarnya menjadi tersenyum lebar dan dengan antusias meminta yeonjun untuk memperlihatkan perutnya.
Soobin sampai tidak berhenti kagum saat melihat perut yeonjun yang bergerak dan terlihat seperti ada tonjolan kecil yang timbul dari dalam perut.

Soobin jadi terharu dan segera memeluk yeonjun serta pengelus perut yeonjun dengan bahagia.








Mumpung Libur Hari Minggu wkwk




HELLO BABY||Soobjun|| (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang