Jealous

1K 103 16
                                    

Yeonjun tersenyum senang setelah menonton konser kemarin, soobin memperlakukan yeonjun seperti tuan putri. Bahkan soobin lebih memilih menonton yeonjun yang bahagia ketimbang menonton konser CSB TuBat di depannya.

Kata soobin, yeonjun itu lebih menarik untuk di tonton. Gombal sekali bukan, walaupun sering mendengar hal seperti itu dari drakor-drakor yang selama ini yeonjun tonton, tapi terasa beda saat merasakannya secara langsung. Dunia terasa sangat menyenangkan saat soobin mengeluarkan pujian manisnya, membuat yeonjun merasa seperti orang yang sangat istimewa.











Kebetulan hari ini soobin dan yeonjun sama-sama sibuk. Soobin ada acara pertemuan dengan rekan bisnis dan yeonjun juga ada pesanan di sebuah hotel sekaligus menyewa jasa pelayanan dari cafe butter.

Yeonjun sedang menyiapkan diri memakai seragam yang sudah di sediakan dari hotel yang menyewa jasanya.
Tapi yeonjun sangat bingung melihat perutnya yang kelihatan membuncit akibat seragamnya yang sangat pas dengan badannya sehingga perutnya yang bulat nampak dari luar.
Bagaimana ini? Kalo pakai jaket buat nutupin pasti keliatan aneh, kan lagi ngga musim dingin, pasti juga bakal di suruh ngelepasin jaketnya di hotel.
Apa pakai korset saja?
Ah pake korset aja deh

Putus yeonjun dan akhirnya menutupi perutnya menggunakan korset. Yeonjun sampai menahan napas saat memasangkannya pada perut karena sangat sulit di rekatkan. Bisa ia rasakan perutnya yang tertarik dan menjadi kencang.
Dede, maafin njun yaa...
Batin yeonjun sambil mengelus perutnya yang terlihat rata setelah memakai korset. Kemudian lanjut bersiap dan berangkat menuju lokasi.








Yeonjun agak kesulitan saat menyajikan kopi pada para tamu, masalahnya perutnya terasa sakit karena terlalu lama tertekan.
Setelah menyelesaikan tugasnya kini yeonjun meminta bergantian dengan yang lain karena tidak bisa menahan lebih lama lagi.
Yeonjun kemudian memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk mengecek perutnya dan melepaskan korset selama beberapa menit sampai tidak terlalu sakit.

Sekitar 30 menitan yeonjun membiarkan perutnya terbuka sambil duduk di atas kloset duduk, mengatur napas yang beberapa lalu terasa sedikit sesak karena kelelahan.

Setelah selesai dengan urusannya, yeonjun kembali memakai korset dan memperbaiki penampilannya lalu keluar dari toilet menuju tempat para tamu.







Tanpa sengaja dan secara kebetulan, yeonjun melihat soobin sedang tersenyum menyapa para petinggi berjas yang sedang duduk menikmati hidangan. Ada sesuatu yang memaksa yeonjun berpikir keras, siapa wanita yang menggandeng lengan soobin dengan anggun itu, kenapa soobin tidak menolak?

Hal itu sukses membuat yeonjun sakit saat melihatnya dan hampir menangis jika saja pandangannya tak tertangkap oleh soobin.
Entah kenapa senyuman soobin terasa menyakitkan bagi yeonjun. Soobin malah mendekat ke arah yeonjun tanpa berniat melepas pegangan wanita di sampingnya membuat yeonjun meremat bajunya dengan kuat.
Bahkan rasa sesak di dadanya terasa lebih menyakitkan daripada rasa sakit perutnya beberapa menit yang lalu.

"Njuunn," Panggil soobin dengan semangat dan lalu sedikit berlari memeluk yeonjun yang hanya diam tanpa membalas balik pelukan soobin.

"Aku ngga tau ternyata kamu di sini, kalo tau mending berangkat bareng." Ucap soobin sedikit menyesal.
Soobin melepaskan pelukannya dan menatap wajah yeonjun. Kedua tangan besarnya menangkup pipi chubby yeonjun yang terlihat seperti mochi kecil.
"Pulang yuk, kamu pasti kecapean. Udah selese kan?" Tanya soobin sambil memandang sekeliling.

Tanpa meminta persetujuan dari yeonjun, soobin beralih menggandeng tangan yeonjun dan berpamitan pada wanita tadi.
"Aku pulang duluan sama enjun," Ucap soobin sambil merangkul bahu sempit yeonjun.
Wanita tadi mengangguk dan tersenyum memandang keduanya, tanpa di sadari bahwa senyuman wanita tadi membuat yeonjun semakin kesal.

Ingin rasanya menyingkirkan lengan soobin yang merangkul di pundaknya, tapi yeonjun sendiri tidak akan kuat karena tentunya kekuatan soobin jauh lebih besar dari dirinya yang terlihat kecil jika berdampingan dengan soobin.










Sedari tadi yeonjun terus diam membuat soobin memecahkan keheningan dengan mengelus punggung tangan yeonjun.
Sedangkan yeonjun sendiri sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Jun," Panggil soobin.
"Jun," Panggil soobin agak keras membuat yeonjun menoleh sebentar kemudian menarik tangannya dari genggaman soobin.

"Tadi itu pacar kakak?" Tanya yeonjun pada soobin tanpa mengalihkan pandangannya ke depan.

Soobin sendiri merasa kaget oleh pertanyaan yeonjun.
"Bukan jun, cuma sekretaris biasa kok. Untuk formalitas saja." Jelas soobin dengan tenang, tidak ingin menyakiti yeonjun yang terlihat salah paham.

Soobin paham yeonjun sedang marah, jadi wajar saja jika ucapan yeonjun terdengar ketus.
"Jadi walaupun kakak udah punya istri tetep gitu ya sama sekretarisnya?" Tanya yeonjun dengan suara bergetar menahan tangis, tidak boleh lemah di hadapan soobin, harus tegar. Pikir yeonjun sambil menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan isakan yang sedari tadi tertahan.

"Kalo kakak udah beristri tentu aja ajak istri jun, kalo udah punya anak juga ajak anak sekalian biar tambah ramai hehe." Balas soobin sambil tersenyum mengkhayalkan rumah tangga dan anak bersama yeonjun.

Berbeda dengan yeonjun yang semakin sedih membayangkan jika soobin sudah beristri dan beranak dengan wanita tadi lalu berakhir meninggalkannya. Rasanya sakit sekali sampai air mata yeonjun langsung mengalir dengan deras.

"Jun?" Soobin berubah panik saat yeonjun tiba-tiba menangis sambil terisak keras.
"Ada yang sakit hm? Kenapa menangis? Coba bilang kakak," Tanya soobin dengan raut khawatir.

"Turun hiks," Perintah yeonjun sambil terisak.
"Ngga jun, udah malem. Kakak antar sampe apartemen ya." Balas soobin tanpa mau di bantah sambil mengendarai mobil dengan cepat agar segera sampai ke apartemen.











HELLO BABY||Soobjun|| (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang