Check

1.1K 107 12
                                    





Yeonjun memandangi tubuhnya dari pantulan kaca kamar mandi di hadapannya. Terasa ada yang berbeda, terlihat perutnya yang agak membuncit dan terasa keras saat di sentuh menggunakan telapak tangannya.

Mungkin aku harus diet kali ya, batin yeonjun.
Yeonjun pun memantapkan hati untuk mengurangi porsi makannya yang biasanya banyak menjadi sedikit.






"Junn," Manja soobin sambil memeluk pinggang yeonjun dan menyandarkan dagunya pada bahu yeonjun.
Yeonjun sendiri merasa kaget saat soobin memeluk pinggangnya yang otomatis akan merasakan perut yeonjun yang keras.
Tangan yeonjun reflek melepas pegangan soobin secara perlahan.
"Geli kak... Njun lagi banyak pelanggan ini, kakak diam dulu deh," Bisik yeonjun sambil berjinjit agar bisikannya sampai ke telinga soobin yang lebih tinggi darinya.

Soobin merengut tidak suka karena waktunya terhalang oleh pekerjaan yeonjun.
"Kakak habis ini mau pergi ke jerman sekitar satu mingguan jun, makanya kakak mau pamitan dulu ke kamu. Tapi malah lagi sibuk," Protes soobin dengan menampilkan raut melasnya.
"Uluh uluh kakak...lagian cuma seminggu kan?" Tanya yeonjun sambil mengelus punggung soobin membuat soobin memejamkan mata karena mendapat elusan kasih sayang yang terasa nikmat dari yeonjun.

"Lama si seminggu, keburu kangen enjun." Balas soobin manja.
"Masa si?" Tanya yeonjun meledek.
"Iya serius jun," Balas soobin yakin.

"Kak soobin," Panggil yeonjun kemudian berbisik lagi, "Njun gendutan ya kak?" Tanya yeonjun sambil memperlihatkan wajahnya tepat di depan dada soobin membuat soobin menunduk dan memperhatikan wajah yeonjun di bawahnya.
"Engga si jun. Menurutku kamu cantikan, pake apa si kakak pengin tau." Gombal soobin sambil mengecup kedua pipi yeonjun yang merona malu.
"Ish dasar gombal. Udah ah njun mau lanjut kerja." Ucap yeonjun sambil berlalu meninggalkan soobin ke dapur.

Soobin sendiri terus mengikuti yeonjun sambil sedikit-sedikit membantu yeonjun menyiapkan pesanan, walaupun lebih terlihat mengganggu karena terus-terusan menempeli yeonjun dan menggodanya dengan gombalan-gombalan orang dewasa.













***

Akhir-akhir ini yeonjun memang cepat merasa lelah, baru melayani beberapa pelanggan tapi rasanya lesu sekali, tenaganya terkuras secara drastis.

"Istirahat dulu jun," Ujar hyunjin selaku teman dekat yeonjun.

"Bentar lagi, tanggung ini hehe." Balas yeonjun dengan senyuman khasnya.
"Ya sudah kalo gitu, semangat..." Seru hyunjin sambil melanjutkan membawa gelas dan piring kotor ke belakang.






Sepulang kerja, yeonjun memutuskan untuk mampir ke klinik yang dekat dengan cafe tempatnya bekerja. Daripada terlambat di periksa, lebih baik yeonjun mengecek kesehatannya hari ini.

Sedari tadi yeonjun tidak bisa berhenti cemas dan panik saat memasuki ruang periksa. Apalagi saat dokter mulai memeriksa tubuhnya, mulai merasa takut dan malu secara bersamaan.

Yeonjun memandang tak tentu arah saat dokter meraba bagian perutnya. Tadi yeonjun memang sempat di tanyai tentang keluhan yang yeonjun alami sebelum memulai tahap pemeriksaan, tapi rasanya tidak setegang saat ini.

"Saya kena anemia ya dok?" Tanya yeonjun di atas ranjang periksa. Sedari tadi dokter tidak berhenti mencoba menempelkan stetoskopnya pada perut yeonjun yang mulai membuncit.
"Dok? A_apa saya kena asites? Perut saya membuncit dok." Tanya yeonjun takut-takut.

Dokter tadi menggeleng sambil tersenyum, "kamu mual? Muntah? Sering Kram perut?" Tanya dokter tadi untuk memastikan.
"Iya dok. Saya juga gampang capek, padahal biasanya tidak." Jawab yeonjun polos.

"Selamat ya, kamu hamil. Sedang menuju trimeser dua," Ucap dokter tadi sambil tersenyum lebar. Yeonjun sendiri terlihat syok dan dengan tangan bergemetar menyentuh perutnya yang bertambah buncit.

"Jadi tidak boleh kerja berat, harus makan makanan bergizi, istirahat teratur dan yang paling penting tidak boleh stres dan tertekan ya." Nasehat dokter tadi sambil membantu yeonjun beranjak dari ranjang.











Yeonjun melamun saat keluar dari klinik, mengingat ucapan dokter yang terngiang-ngiang dipikirannya dan juga imajinasinya yang sedang bergelut.

Kamu hamil

Udah mau trimeser 2

Gimana ya? bingung

Bilang kak soobin tidak?

Masalahnya aku ngga berani bilang, gimana si ya bilangnya?

Takut

Yeonjun meletakan telapak tangannya pada perutnya yang membuncit samar. Mukanya terlihat sedih saat merasakan perutnya. Setelah mendengar fakta bahwa dirinya sedang hamil terasa membuat lega karena ternyata tidak memiliki penyakit serius, namun di sisi lain juga membuat takut, khawatir dan cemas secara bersamaan, apalagi yeonjun hamil dalam kondisi belum bersuami, sedih sekali.

Bilang ke siapa ya?

Diem aja kali ya

Ngga usah ngomong ke siapa-siapa

Tapi kan...

Nanti gimana kalo ketahuan

Terus di marahin

Di jauhi semua

Kan jadi sedih enjun

Ah

Mungkin diem aja deh, jangan bilang siapa-siapa

Setelah bergelut dengan pikirannya, yeonjun memutuskan untuk tidak memberitahu siapa-siapa jika dirinya hamil, Mungkin itu lebih baik.

Tidak terpikirkan oleh yeonjun jika perutnya akan semakin membesar dan suatu saat semua orang akan mengetahuinya.



















HELLO BABY||Soobjun|| (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang