Back

952 89 15
                                    





Setelah 3 hari berada di rumah sakit, yeonjun sudah di perbolehkan pulang.
Yeonjun terlihat senang sekali sejak dokter memperbolehkannya pulang.

Sekarang yeonjun tampak lucu dengan sweater oversize yang melekat di tubuh kecilnya, terlihat sangat kedodoran sehingga menenggelamkan badannya yang mungil.
Yeonjun duduk di atas ranjang sambil mengayun-ayunkan kakinya yang tidak sampai ke lantai, menunggu soobin selesai mengemas barang-barang yeonjun di rumah sakit.

Tidak menunggu lama, soobin sudah kembali menghampiri yeonjun yang sedang merentangkan tangannya di hadapan soobin.

Sepertinya sedikit meledek yeonjun akan menyenangkan. Batin soobin dengan smirknya.
"Kamu ngga mau pulang apa jun?" Tanya soobin dengan wajah tanpa ekspresi. Jahat banget.
"Kok ngga nyusul ke bawah?" Tanya soobin terlihat serius.
Yeonjun yang mendengarnya merasa kaget dan membulatkan mata tidak percaya. Bukannya tadi soobin bilang suruh tunggu ya. Heran yeonjun dalam hati.

Tanpa memikirkan apapun yeonjun langsung beranjak dari ranjang dan berjalan pelan mendahului soobin, tubuhnya yang masih lemas ia paksakan untuk berjalan walaupun lebih lambat dari biasanya.
Soobin di belakangnya jadi merasa tidak tega, kok yeonjun tidak protes, apa marah?
Dengan cepat soobin pun mendekat ke arah yeonjun dan langsung membopongnya tanpa basa-basi membuat yeonjun kaget dan tangan kecilnya reflek memukul lengan soobin dengan kencang.

"Njun kaget tau," Marah yeonjun sambil mendelik tidak suka.
"Hehe, kamu kalo ngambek lucu deh." Ledek soobin sambil mencium wajah yeonjun yang sangat dekat dengan wajahnya.
"Ish, turunin kak, Njun bisa jalan sendiri." Ucap yeonjun dengan nada jengkelnya.

Tapi soobin tentu saja tidak akan menurunkannya.
"Ngga, ngga mau. Kakak ngga mau kamu pingsan gara-gara lemes jalan." Balas soobin sambil mengeratkan tubuh yeonjun pada tubuhnya.

Keduanya menjadi pusat perhatian di sepanjang jalan menuju basement karena perilaku soobin yang sangat romantis menggendong yeonjunnya yang sedang hamil, padahal rumah sakit juga menyediakan kursi roda sebagai fasilitas untuk pasien. Tapi soobin menolaknya dan hanya ingin menggendong kesayangannya sebagai ungkapan terimakasih karena sudah baik-baik saja.

Yeonjun menduselkan wajahnya pada dada bidang soobin karena malu menjadi pusat perhatian.
"Kak soobin turunin," Bisik yeonjun cemas.
"Bentar lagi sampe jun, tanggung." Balas soobin sambil terkekeh.

Yeonjun pun hanya pasrah dan menutup matanya agar tidak malu melihat tatapan orang-orang.










"Kak, kok ngga antar ke apartemen enjun?" Tanya yeonjun heran.
"Mulai sekarang kamu tinggal sama kakak oke. Kakak harus awasin kamu, daripada pulang ke apartemen mu lalu Orang-orang malah curiga sama perutmu bagaimana? Kan lebih baik kamu tinggal sama kakak, biar kakak tanggungjawab junn." Jelas soobin sambil kembali mengangkat tubuh yeonjun ke kamar apartemen soobin.

Yeonjun pun mengangguk paham karena memang selama ini tidak ada yang tahu jika dirinya hamil, jika kembali ke apartemen nya tentu saja akan membuat penghuni sekitar apartemen curiga saat melihat perut yeonjun yang membesar, karena selama ini kan yeonjun menutupinya menggunakan korset.

Yeonjun jadi merasa bersalah saat mengingatnya kembali. Dalam kondisi hamil yeonjun memaksakan diri untuk bekerja sambil mengenakan korset karena tidak ingin membuat orang sekitar curiga, tentu saja hal itu sangat berat.
Apalagi perutnya yang kian membesar tiap minggunya membuatnya kesulitan dan sering merasakan sakit karena memaksakan diri memakai korset yang jelas-jelas semakin kencang karena sempit.

Yeonjun tidak akan pernah lagi menyembunyikan sesuatu pada siapapun karena dampaknya sangat besar. Bahkan nyawa diri sendiri dan anaknya hampir terenggut jika saja soobin tidak segera datang menolong.

Yeonjun merasakan matanya memanas setelah memikirkan perjuangan nya dalam menyembunyikan kehamilan.
Tiba-tiba saja yeonjun menangis saat sudah di baringkan ke kasur empuk milik soobin.
"Sayang, ada apa? Masih sakit ya?" Tanya soobin khawatir.
Yeonjun malah menggeleng dan menutup diri dengan selimut,mengubah posisi nya menjadi miring membelakangi soobin.
Soobin yang melihatnya pun mempuk-puk tubuh yeonjun dari luar selimut hingga yeonjun tenang.
Di rasa sudah tenang, soobin segera menyingkap selimut yang menutupi wajah yeonjun agar tidak sesak napas.
Soobin terkekeh melihat yeonjun tertidur dengan muka sembab dan hidung memerah, bibir kecilnya mengerucut saat mengambil napas.
Soobin dengan semangat pun ikut berbaring di samping bayi besarnya.

Di saat soobin hampir terlelap, tiba-tiba saja HP yeonjun berdering dan ada telepon masuk dari ayah yeonjun. Soobin yang melihat notif pun langsung mengangkat telepon karena takut penting.
Sedikit was-was soobin menyentuh tombol angkat kemudian mulai mendekatkan HP ke telinganya.

Ayah
Hallo jun?

Soobin
Ekhm, halo pak


Ayah
Lho? Yeonjun? Mana yeonjun?

Soobin
Sebelumnya maaf pak, ini saya soobin calon suami yeonjun. Sekarang yeonjun sedang di apartemen saya pak.

Ayah
Suruh pulang, ayah udah di depan apartemen ini. Kok yeonjun ngga kasih tau ayah? Kamu bohong ya?

Soobin
Engga pak, saya ngga bohong. Sekarang yeonjun sedang tidur. Biar saya jemput bapak ya, Bapak di depan apartemen kan? Ada yang perlu saya omongkan dengan bapak mertua.

Ayah
Mertua? Kenal aja engga. Kamu gimana si? Ya sudah saya tunggu.

Soobin
Baik Pak, tunggu sebentar.


Ayah
Ya

Setelahnya telepon berakhir, soobin pun buru-buru memperbaiki rambutnya dan memakai celana panjang, mencuci muka sebentar agar tidak terlihat kucel dihadapan mertua.
Soobin agak takut sebenarnya karena tidak pernah bertemu dengan ayah yeonjun, jadi tidak tau rupa dan sifatnya.

Apakah sama seperti yeonjun atau berbanding terbalik karena dari nada bicaranya di telepon terdengar tegas, keras dan cenderung seperti galak.
Semoga saja ayah yeonjun tidak marah mendengar fakta yang terjadi pada anaknya.







Konsep Ujian : kerjakan, selesai, lupakan.
Mwehehe Gaje








HELLO BABY||Soobjun|| (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang