Prolog

14.9K 729 27
                                    

Tian mengambil rokok yang ada di tangan Anjel, mata tajam di balik kacamata itu menatap gadis dengan rambut rambut pirang itu, tatapannya kejam dan tidak berperasaan, terlihat sekali dia sudah kehabisan rasa sabar menghadapi gadis di hadapannya ini.

"Hebat, ngerokok di kantin, rasa malu lo dah mati?" Dia tersenyum miring. "Capek gue, lo cewek, tapi nakalnya ngalahin cowok di sekolah ini." Dia menatap penampilan Anjel dari atas ke bawah. "Rok lo kependekan, kancing baju lo kebuka, lo mau sekolah atau apa?"

Bukanya tersinggung Anjel malah tersenyum senang. "Gue cantik gak? Cantik gak?" Dia menggerakkan pinggulnya ke kiri dan kanan, bersikap sok imut.

"Gak." ujar Tian dengan wajah datar. "Tolong hargai peraturan sekolah ini." Dia hanya mengingatkan, banyak cowok di sekolah ini, sekolah juga luas, tidak tahu apa yang akan terjadi jika gadis ini berkeliaran dengan gaya pakaian seperti itu.

"Eh, malas, peraturannya kebanyakan, dan juga rok gue ini normal kalau lo lihat cewek-cewek di kelas lain ada yang lebih pendek dari gue, sampai bokong nya hampir kelihatan." jawab Anjel.

Tian menghela nafas, dia memijat pelipisnya. "Pindah sekolah aja lo sana." ketus laki-laki itu sebelum membung rokok itu ke lantai, menginjaknya, dan membuangnya ke tong sampah dengan tisu.

Dia pergi dari kantin, tanpa memperdulikan Anjel.

Anjel terkejut, di segera mengejar langkah lebar laki-laki itu. "Lo gak makan? Engga lapar? Lo mau kemana?" tanya Anjel, padahal dia ingin makan bersama Tian.

"Not your business."

"Eh apa? Gue engga paham bahasa inggris." Rambut pirang miliknya hanya hasil cat rambut.

"Besok ada pemeriksaan, gue cuma peringatin, lo cewek, bertingkah laku lah seperti cewek."

"Bertingkah laku seperti cewek? Gimana tuh? Gue engga paham."

Tian menghela nafas, dia berhenti di depan pintu OSIS, menatap gadis itu. "Pertama rambut lo cat balik jadi hitam, beli rok baru bukan rok anak SD, baju lo juga terlalu ketat, kancing baju atas lo tutup, gue tahu badan lo bagus, tapi emang ada untungnya lo pamerin kesana-kemari? Dimana harga diri lo?"

"Eh...." Anjel tersenyum manis. "Gue buang ke tong sampah."

Tian menghela nafas, lagi. "Lo itu cantik, tolong jaga diri lo, kalau ada apa-apa di luar lingkungan sekolah, gue engga bisa nolong."

Mendengar jawaban itu membuat dada gadis itu menghangat, dia terkekeh kecil. "Kalau gitu mau gak ketemu sama gue di luar sekolah?" Dia melangkah mendekati laki-laki itu, berbisik lirih padanya. "Di luar sekolah gue lebih liar loh..."

Tian mendorong wajah gadis itu menjauh dan tanpa rasa malu dia mengancing baju Anjel. "Hargai diri lo, cewek." Dia memiliki kontrol diri yang tinggi.

Anjel terdiam, pipinya bersemu merah.

"Makan lo sana, bentar lagi bel masuk." Tian membuka pintu OSIS, masuk dan menutupnya kembali.

Setelah kepergian Tian, Anjel langsung melompat-lompat di tempatnya, dia menutup kedua pipinya dengan senyuman lebar.

"Dia ganteng banget, baik banget, keren banget, engga sia-sia gue buka kancing baju gue, rasanya gue engga akan pernah nyuci seragam gue."

"Matanya itu loh, tajam banget, bibirnya juga menggoda banget, rasanya mau gue cium sampai dia kehabisan nafas."

"Kira-kira gimana yah wajahnya kalau gue cium?" Nafas gadis itu memburu akibat membayangkan yang tidak-tidak.

Agak bego nih cewek.

***

Anjel itu hm agak mirip Altheya versi bar-bar 😂🙏.

Jadi dia agak Bitch yah, justru dia senang dipanggil Bitch 🗿📸.

Aku mau tes cerita ini.

Setelah Hiatus beberapa minggu inilah ide yang aku dapatkan.

Hope you guys like it.

Ini kisah tentang percintaan, persaudaraan, keluarga, dan pertemanan.

Hm yah kalau tokoh utama kita agak abu-abu yah 😂.

See u next part.

Terima kasih sudah membaca 😘

Cael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang