Anjel 12 : Oh Uh

4.3K 496 34
                                    

Cael berhenti di depan gerbang rumahnya, dia termenung di tempatnya.

Entah kenapa setiap kali ia ingin pulang ke rumah ini, langkah kaki, nafas, dan perutnya selalu sakit.

Sesak.

Berat.

Muak.

"Tuan Cael?"

Cael terkejut, dia melihat satpam rumahnya sejenak dan tersenyum. "Pak Bayu, Mama ada di rumah?"

Pak Bayu adalah satpam di rumahnya yang sudah bekerja cukup lama, bahkan sejak kakak laki-laki pertamanya kecil.

"Ada di dalam, nyonya udah nunggu tuan pulang dari tadi."

"Papa?"

"Di dalam juga, lagi ngumpul keluarga."

Hah, semakin berat untuk masuk, tapi dia sudah seminggu tidak pulang, Mama nya berkali-kali menghubunginya dan ia selalu mengabaikannya, tapi tadi ketika ia memutuskan untuk mengangkat telpon dari Mamanya, air mata wanita itu meluluhkan hati Cael, dia pulang.

Malas banget, semua anggota keluarganya pasti sedang makan malam sekarang.

Hah.

"Buka gerbangnya Pak."

Pak Bayu segera membukakan gerbang rumah besar itu, Cael berjalan masuk dan melangkah perlahan-lahan dengan harapan dia tidak akan pernah sampai ke pintu utama rumahnya.

Mungkin karena langkah kakinya yang panjang tanpa membuang banyak waktu dia segera sampai.

Cael membuka pintu, seorang pelayan sudah menunggunya dan tanpa banyak bicara dia menuntun Cael menuju ruang makan.

"Cael."

Suara lembut dan halus itu terdengar, belum sempat Cael merespon tubuhnya langsung dipeluk dengan erat.

"Kamu kemana aja? Kenapa baru pulang?" Seperti biasa wanita itu selalu menangis ketika bersamanya.

Dia selalu menangis.

Cael selalu membuatnya menangis.

"Ingat pulang kamu?"

Cael mengalihkan pandangannya. "Iya..." jawabnya pelan.

"Hebat, seminggu engga pulang, berkeliaran."

Cael terdiam.

"Sibuk tawuran, tinggal di rumah orang kayak engga punya rumah, kenapa hanya kamu yang beda? Lihat saudara-saudara kamu, mereka..."

"Sayang..." Mama langsung membantah ucapan Papa Cael. "Cukup." Mata wanita itu berubah tajam, menatap suaminya.

Papa Cael menghela nafas. "Kamu selalu memanjakannya."

"Makan bareng Mama yah, Mama yang masak hari ini." Mama Cael tersenyum lembut. "Habis makan tidur di kamar kamu yah, jangan pergi lagi."

Cael tersenyum. "Iya Ma."

"Belajar kamu, jangan berkeliaran aja, nilai kamu engga pernah memuaskan, beda dari Tian dan Agara."

Tian hanya diam, dia melihat Cael dengan mata yang tidak kalah tajam dengan kepala keluarga di rumah ini.

"Memalukan, aib keluarga."

"Sudah aku bilang cukup kan? Kamu mau hina anak kita terus?" Emosi Mama Cael langsung terpancing, dia kesal. "Kita punya tiga anak laki-laki, dua sempurna sama seperti kamu, kamu banggakan saja mereka, kemanapun kamu mau, tapi jangan sekalipun kamu hina anak laki-laki aku yang ini."

"Kamu terlalu memanjakannya, lihat apa yang dia bisa? Tidak ada! Dia hanya tahu menghabiskan uang! Berantem! Tawuran! Bahkan dia beberapa kali masuk kantor polisi! Jika dia memang anak kamu, tolong didik dengan baik, jangan buat malu."

Cael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang