Anjel 27 : Found out

3.9K 474 42
                                    

Tian memasuki lingkungan rumahnya dalam keadaan lelah, dia menatap sekitarnya untuk melihat beberapa pekerja rumah tangga sedang mempersiapkan pesta ulang tahun Mama di malam minggu nanti.

Semuanya dipenuhi oleh warna ungu muda dan pink tua, dua kombinasi warna itu adalah kesukaan Mama Tian dan Cael, yah meskipun warnanya alay, Tian sependapat sama Cael soal ini dari dulu.

"Tian, kamu sudah pulang."

Tian menyalim tangan Mama nya. "Ada yang bisa Tian bantu Ma?"

Mama tersenyum senang mendengar permintaan anaknya itu. "Engga usah, kamu istirahat aja, tidur sebentar sebelum jam makan malam, Papa kamu belum pulang kok."

Tian mengangguk mengerti. "Yaudah Tian tidur dulu bentar di kamar, sebelum Papa pulang bangunin yah Ma."

"Iya nanti Mama bangunin, oh yah pagi ini Mama ketemu seseorang loh."

Tian yang ingin naik tangga langsung menghentikan langkah kaki nya. "Siapa Ma?" Kenapa Mamanya terlihat sangat senang.

"Itu Canda, sama temannya Anjel, tapi Mama yakin mereka bukan teman, kayaknya lagi pdkt." Mama tertawa geli ketika membicarakannya.

Raut wajah Tian berubah datar, tidak menyangka akan mendengar hal seperti ini. "Mereka engga pacaran kok Ma."

"Iya, mungkin lagi pdkt kan udah Mama bilang."

"Anjel itu teman Tian, teman sekolah Tian bukan teman sekolah Canda."

"Loh dia satu sekolah sama kamu?"

Tian mengangguk. "Dia engga cocok sama Canda, dia baik, pintar, meskipun yah rada-rada tapi dia sama Canda engga pacaran."

Mama menatap putranya aneh. "Kenapa kamu marah? Apa jangan-jangan kamu suka sama Anjel juga?"

"Hah? Engga lah." Tian langsung mencekal nya. "Tian cuma bilang faktanya aja."

Ketika mereka sedang berbicara beberapa pelayan segera pergi keluar rumah untuk membantu Tuan besar mereka.

"Kayaknya Papa kamu udah pulang."

Tian menghela nafas, kenapa cepat sekali.

Laki-laki itu mengikuti Mamanya untuk menyambut Papanya.

"Tian, ke ruangan, Papa mau bicara." ujar Papanya tepat setelah melihat Tian.

Laki-laki itu terdiam, ada apa lagi? Tian sangat kenal dengan ekspresi wajah dan nada suara itu.

Sepertinya Papanya sudah mengetahui sesuatu yang selama ini Tian jaga diam-diam.

"Apa-apaan, kamu pacaran?"

Benar dugaan nya.

Memasuki ruangan Papanya, pria itu mencampakkan beberapa fotonya bersama Aulia di luar sekolah.

"Bagus, bukanya belajar, pacaran, hebat kamu." Pria itu bertepuk tangan, bibirnya tersenyum kejam. "Siapa yang mengajarimu membangkang seperti ini? Apa kamu berusaha meniru saudara gagal kamu itu?"

"Bukan." jawab Tian.

"Lalu? Bisa-bisanya kamu berpacaran dengan sekretaris OSIS kamu sendiri, mau Papa cabut jabatan kamu sebagai ketua OSIS itu?"

Kedua tangan Tian terkepal erat di belakang tubuhnya. "Jangan Pa, maaf Tian bakalan putusin dia segera."

"Sekarang, putuskan sekarang di hadapan Papa, right now."

Tian menatap pria itu tidak percaya. "Pa..."

"Apa? Mau bilang kamu cinta sama dia? Umur kamu masih berapa hah?  17 tahun, engga ada yang namanya cinta-cintaan umur segitu, cewek itu beban, berpacaran lah dengan seseorang ketika kamu memiliki apa yang kamu bangun dari kecil."

Cael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang