Anjel 7 : Bad Meeting

4.4K 542 18
                                    

Setelah berpisah dengan Tian, Anjel memutuskan untuk mampir ke SMA negeri 16 yang tidak jauh dari SMA miliknya.

Engga tahu kenapa, dia tiba-tiba kepikiran ingin datang ke SMA ini.

"Jangan dekat-dekat sini neng, ada tawuran." Begitu tiba dengan sepeda motornya seorang penjual bakso langsung memberikan peringatan pada Anjel.

"Siapa sama siapa Pak?" Bukanya takut dia malah mengajak gosip.

"Itu SMK sebelah, kadang mereka memang sering tawuran."

"Berapa minggu sekali pak?"

"Seminggu sekali, tiap bulan bisa 4 kali."

"Uwih ada jadwalnya kayak minum obat."

Tukang bakso itu ngakak. "Udah biasa, dari tahun saya SMA juga sering tawuran, udah keturunan."

Anjel ber-oh panjang.

"Neng ngapain disini? Dari seragamnya neng dari SMA swasta yang dekat kota itu kan?"

Gadis itu mengangguk. "Saya penasaran sama seseorang Pak, jadi kesini."

"Siapa? Bilang aja, gini-gini saya tahu semua nama murid di SMA ini." Dia menepuk dadanya dengan bangga.

"Cael, kenal gak pak?" tanya Anjel terus terang.

Wajah tukang bakso itu berubah warna. "Aduh neng, kenapa cari dia? Ada yang lebih baik dari dia neng."

Waduh, kok responnya gini.

"Oh iya pak, iya." Anjel menjawab sambil nyengir. "Saya beli baksonya deh pak satu, komplit yah pak, kalau bisa bawang goreng banyakin."

"Oke neng."

Anjel menunggu di atas motornya, dia mengetuk-ngetuk jarinya ke kaca spion melihat beberapa murid yang baru keluar di sekolah, beberapa dari mereka menatapnya secara terang-terangan dan sebagai gadis yang ramah Anjel memberikan mereka senyuman termanis nya.

Sebelum Anjel mendapatkan pesannya, dari gedung belakang SMA negeri itu muncul sekelompok anak SMA dan SMK.

"Aduh, udah mulai ini, neng masuk ke dalam gerbang neng, cepatan, saya juga mau masuk nih." Tukang bakso itu segera mendorong gerobak besar miliknya.

Anjel melihat sekitarnya, mencari jalan untuk kembali ke apartemen, namun hasilnya nihil, tidak ada jalan, dua arah menuju jalan raya tertutup.

"Sial," Anjel menyalahkan motornya dan segera memasuki lingkungan SMA negeri itu.

"Masuk! Masuk! Ada tawuran! Gerbang mau ditutup! Polisi sebentar lagi datang!"

Anjel menunggu disamping gerobak tukang bakso itu.

"Nih neng baksonya, 12 ribu."

"Makasih Pak." Anjel menerimanya, dia memberikan uang 20 ribuan. "Kembaliannya ambil aja pak."

"Makasih neng, murah rezeki neng."

Anjel tersenyum ramah. "Makasih pak, kalau enak nanti saya sering mampir deh."

"Enak kok neng, saya udah hampir 7 tahun jualan di SMA ini neng, udah jadi ikon sekolah neng." ujarnya dengan bangga.

Anjel tertawa geli.

Gerbang di tutup, karena gerbang itu terbuat dari jeruji besi yang cukup kuat Anjel bisa melihat perkelahian yang terjadi di depan matanya.

Dia cukup berani melihat hal-hal seperti itu, tidak seperti beberapa gadis yang terdengar sedang menangis.

Anjel memperhatikan sekelompok anak laki-laki seusianya itu, mereka beringas, kasar, dan tanpa ampun. Mereka menggunakan kayu sebagai alat untuk saling serang, padahal kalau pakai pisau aja lebih cepat jatuhin musuh.

Cael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang