Anjel 36 : That Women

3.7K 446 4
                                    

"Gue harus ke rumah sakit."

Cael yang ingin menggunakan helmnya menatap gadis itu heran. "Ngapain?"

"Cek tahunan." jawab Anjel, dia naik ke atas motor Cael dan memeluk laki-laki itu erat. "Lo mau temenin gue gak?"

"Rumah sakit mana?" tanya Cael, dia menyalahkan mesin motornya.

"Itu yang di dekat...." Anjel menjelaskan rumah sakit tempat biasa ia cek kesehatan.

Setiap tahun Anjel harus mendatangi dokter yang dulu menangani mentalnya, dia harus selalu cek rutin jika tidak ingin gila di usia muda. Awalnya Anjel malu ketika mengetahui dirinya memiliki gejala ADHD, namun sekarang sejak cerita dengan Cael, ia tidak malu lagi dengan penyakitnya.

Punya penyakit mental bukan berarti gila.

Jiwa kita hanya lelah dan membutuhkan pengobatan.

Jadi jangan malu, memiliki penyakit mental bukan berarti lemah, justru karena penyakit itu membuktikan bahwa kalian itu kuat.

Itu lah yang dikatakan dokter terapi nya.

"Mau gue ikut?" tanya Cael.

Anjel melepaskan helmnya, dan memberikannya pada laki-laki itu. "Tunggu di kantin rumah sakit aja, ada Risol ayam enak banget, dulu tiap kesini gue beli itu, jadi tolong beliin." Dia nyengir.

"Ternyata ngajak gue ada maunya." ketus Cael.

"Ih bukan gitu, pokoknya tunggu di kantin aja, nanti gue kesana." Anjel menunjuk arah kantin pada Cael sebelum akhirnya ia pergi.

Menuju lantai 2 Anjel mendatangi dokter yang menangani dirinya, berbincang-bincang sebentar selama satu jam, mendapatkan resep obat, menunggu obat di apotek dan segera menuju kantin tempat Cael berada.

Harusnya gitu.

"Anjel?"

Langkah kaki Anjel terhenti ketika mendengar seseorang memanggil namanya, dia berbalik arah dan terkejut melihat siapa itu.

"Halo?" Anjel tidak tahu bagaimana harus menyapanya.

"Halo?" beo wanita yang terlihat mirip dengan Anjel itu. "Kamu ngapain disini?" Wanita itu melihat paper bag putih di tangan Anjel yang pastinya berisi obat. "Kamu sakit?"

"Itu....hm teman aku ada yang sakit."

"Mana teman nya?" tanya wanita itu.

"Nunggu di kantin."

Wanita itu menatap Anjel dari atas ke bawah. "Kamu terlihat sehat."

Perasan Anjel saja atau bukan tapi nada bicara wanita itu terdengar tidak menyenangkan.

"Apa kamu hamil?" Sepertinya dia tidak percaya dengan alasan pertama Anjel.

"Apa?" Anjel terkejut mendengarnya. "Engga, kenapa ngomong gitu?"

"Selain hamil untuk apa seorang gadis remaja ke rumah sakit?"

Mata Anjel menyipit tajam. "Terus gadis remaja harus hamil dulu baru boleh ke rumah sakit?" balasnya.

Wanita itu mengangkat bahu tidak peduli. "Entahlah, tapi yah melihat penampilan mu..." Dia tertawa remeh.

"Kalau tujuan buruk, kenapa anda nyapa saya?"

"Aku bosan, suamiku entah pergi kemana." Dia menatap Anjel. "Bagaimana kehidupan mu dengan uang ku?"

"Baik, baik banget, makasih untuk uang nya."

"Yah sama-sama, bagaimana dengan pria itu masih mengirimkan mu uang?"

"Iya, lebih banyak daripada anda." jawab Anjel santai, tanpa maksud tertentu.

Cael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang