Anjel meneguk habis alkoholnya dalam sekali teguk lalu menangis dengan keras. Even yang duduk disampingnya hanya menatap gadis itu dalam diam, dia merasa sangat kasian, sebelumnya dia tidak pernah melihat Anjel seperti ini.
"Kenapa sih dia bisa suka sama cewek biasa kayak Aulia? Kenapa bukan gue? Kenapa bukan gue? Jelas-jelas gue lebih cantik dari tuh cewek." Anjel merocos tidak jelas.
"Mereka kan sering barengan wajar aja saling suka." ujar Even, dia meneguk kecil minumannya.
"Gue kesal, hati gue sakit, kenapa sih bukan gue?" Anjel mengigit bibirnya, dia terlihat sangat kacau. "Apa kurangnya gue? Apa yang bedain gue sama dia? Kenapa bukan gue?" Dia kembali menangis.
Even menghela nafas. "Lo juga salah sih, lo engga pernah bilang suka ke dia."
"Jelas lah!" seru Anjel, dia menatap Even tajam. "Gue cewek, harusnya cowok yang nembak."
"Sekarang jamannya cewek agresif, harga diri lo buang dikit."
"Argh!" Anjel meneguk kembali minumannya, ini sudah gelas yang ke 4.
"Jangan minum lagi." Even menahan lengan gadis itu.
"Engga peduli!" Anjel menepis tangan laki-laki itu. "Biarin gue minum, gue mau ngelupain semuanya, gue mau menggila, gue mau.....mau...." Nafasnya tercekat. "Gue mau Tian...."
Even mengelus bahu gadis itu. "Gue bangga sama lo, engga marah-marah sama mereka berdua."
Anjel terisak, hatinya benar-benar sakit.
Padahal dia selalu berharap setiap malam.
Anjel tahu Tian tidak suka padanya, Anjel tahu.
Tian hanya memperlakukannya seperti Even, seperti seorang teman cowok ke teman cewek, tidak ada perasan, hanya seseorang yang seru untuk diajak berteman dan nongkrong.
Anjel bisa saja mengatakan perasaannya pada Tian sejak dulu, tapi hatinya selalu melarang itu.
Anjel tahu, jika ia mengatakan perasannya, Tian pasti akan langsung menolaknya.
Anjel tidak mau ditolak.
Dia tidak mau.
Rasa sangat menyakitkan.
Cinta pertamanya kandas begitu saja bahkan sebelum dimulai.
"Apa gunanya usaha gue?"
Even mendengarkan.
"Apa gunanya gue berubah?"
"Salahnya dimana? Kenapa? Kenapa dia engga bisa suka gue?"
"Apa usaha gue engga terlihat dimatanya? Apa dia engga sadar sama perasan gue?" Air mata gadis itu terus mengalir, dia menghapusnya perlahan-lahan, tapi tidak berhenti mengalir. "Apa-apaan, gue jadi keliatan bodoh, berharap sendiri, menghayal sendiri, ngejar sendiri."
"Gue bego banget Even." Dia menatap temannya itu dengan mata bengkak dan basah.
Sudah berapa hari dia terus-menerus menangis?
Sejak hari dimana ia melihat Tian dan Aulia berciuman Anjel berubah murung.
Dia selalu menangis tiba-tiba, bagus makannya juga menurun, dia tidak bisa tersenyum lagi, hanya merenung dan merenung bahkan ketika Tian mendekatinya lalu bertanya apa yang terjadi padanya, Anjel tidak mempedulikan keberadaan laki-laki itu lagi, dia mengacuhkannya.
Dia tidak lagi melakukan hal-hal kecil yang menarik perhatian laki-laki itu.
Anjel menghindari Tian.
Maka dari itu malam minggu ini Even mengajak Anjel untuk bersenang-senang di sebuah Club malam langganannya, dia ingin membantu temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cael (The End)
Teen Fiction~Don't copy my story if you have brain~ Pertemuan Cael dan Anjel itu lucu. Sangat lucu hingga membuat pipi Cael sakit karena kebanyakan tertawa jika mengingatnya. Start : 16 Juli 2023. End : 24 Agustus 2023. Ini cerita keenam ku sekaligus cerita ked...