Anjel 8 : He Mad

4.6K 514 14
                                    

"Lo cewek yang di Club kemarin kan?!" ujar teman Cael tiba-tiba.

"Oh lo juga ada di Club kemarin?" Anjel tersenyum pada mereka. "Sorry lo pasti ngeliat dan dengar sesuatu yang buruk."

"Lo menghibur banget kemarin, btw gue Rean, lo?"

"Anjel," ujar Anjel ramah. "Anjel yah bukan Angel, Anjel, J, J, J." terkadang orang-orang salah sangka dengan namanya.

"Anjel, oke, oke, tenang aja lo gue belum budek."

"Kadang orang salah sebut nama gue, kesal, buat badmood." Dia menghembuskan nafas kesal.

Rean tertawa kecil. "Lo lucu deh, asyik dia ajak nongkrong."

"Iya gue tipe cewek yang dibenci cewek lain." Anjel tertawa geli.

"Gue suka itu!" Rean mengedipkan sebelah matanya.

Keduanya tertawa.

Cael meletakkan kunci motor milik Anjel di samping gadis itu. "Thanks."

Kemudian tanpa berkata-kata ia berbalik arah dan berjalan keluar Cafe.

"Eh, lo mau kemana?"

"Cael engga suka di tempat kayak gini." ujar salah satu teman Cael.

Anjel meliriknya, dia mengambil barang-barangnya dan segera pergi mengejar laki-laki itu.

"Cael, tunggu!" Anjel menarik lengan laki-laki, dia hampir saja menaiki sebuah angkutan umum.

Cael terkejut, refleks dia kembali menghempaskan tangan gadis itu.

"Ah, maaf, maaf, maaf..." Anjel berujar tidak enak. "Gue engga sengaja."

Laki-laki itu menghela nafas, sekedar informasi sejak tadi dia selalu menggunakan masker, dia tidak melepaskan masker hitam itu.

"Lo mau kemana? Kok buru-buru sih..." Anjel melembutkan suaranya, berusaha memberikan kesan baik.

"Kepo." jawab Cael asal.

Anjel terperangah. "Engga bisa gitu kita jalan-jalan, jangan pulang dulu, kalau lo engga suka di Cafe-cafe kita bisa makan di...."

"Lo bisa pergi gak."

"Eh?" Anjel menatap laki-laki itu tidak mengerti. "Maksudnya?"

Cael menatap Anjel, matanya menyipit tajam, karena dia menggunakan masker yang menutupi sebagian wajahnya tatapan itu terasa sangat intens dan kejam. "Gue bukan Tian, please jauhin gue."

"Gue tahu kok, gue engga pernah anggap lo Tian." ujar Anjel santai.

Cael tertawa miris. "Kalau lo nyari cowok yang jadi pelampiasan jangan gue, gue udah terlalu hancur untuk dihancuri." Tanpa mendengar kata-kata Anjel dia segera menaiki angkutan umum yang baru saja berhenti di hadapan mereka.

"Tunggu...gue..."

Anjel berhenti bertindak.

Dia menatap angkutan umum itu dalam diam, matanya memancarkan perasaan sedih.

"Gue cuma mau temanan...." gumam Anjel.

Dia kesepian.

Anjel kesepian.

Sejak dulu entah kenapa tidak ada yang mau berteman dengan nya.

Gampang berteman dengan lawan jenis, tapi sulit berteman dengan sesama jenis.

Itu semua karena citra seorang Anjel yang terkenal seperti rubah di mata cewek-cewek.

Pada umumnya para gadis suka menjadi pusat perhatian, tapi jika mereka menemukan cahaya yang lebih terang dari mereka dengan sifat yang kelewat menyebalkan tentu saja mereka menjadikannya sebagai bahan gunjangan.

Cael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang