"Ann..."
"Ann, bangun..."
Suara yang sangat familiar menarik kesadaran Ann. Ia mengerjapkan mata beberapa kali berusaha mengumpulkan nyawa. Kemudian ia melihat Alva ada di depannya.
Tubuh Alva sangat dekat, dan ada aroma khas pria itu yang tercium. Rasanya sangat menenangkan dan nyaman. Ann sedikit enggan untuk bangun sekarang.
"Ann, bangun. kerja nggak?" tanya Alva masih berusaha membangunkan pemuda itu.
"Mhh... Bentar 5 menit," balas Ann pelan.
Helaan napas terdengar, Alva kembali memeluk Ann dan mendekap erat, membuat Ann semakin enggan bangun.
"Jam berapa?" tanya Ann dengan suara parau khas orang yang baru bangun tidur.
"Jam 5."
"...Masih jam segitu ngapain bangun?" gumam Ann kesal, dan kembali mengeratkan pelukannya.
Alva hanya diam tak menjawab. Ia kembali menarik selimut menenggelamkan Ann hingga kepalanya tertutup setengah. Hanya helaian rambutnya yang terlihat sedikit.
Alva mendekap tubuh mungil yang ada di hadapannya. Ia juga merasa enggan untuk bangun dalam posisi senyaman ini. Hawanya hangat dan menenangkan. Ia merasa tidak rela untuk melewatkan waktu-waktu ini.
Dengkuran halus terdengar. Alva mengusap surai gelap itu, rambut Ann begitu halus dan lebat. Terlihat berkilau saat lampu remang menimpa helaian rambut itu. Tak lama, Ann bergerak dan tak sadar menyenggol adik kecilnya di bawah sana.
Wajah Alva langsung memerah. Ia menaikkan selimut menutupi wajahnya juga dan berusaha melupakan pikiran kotor itu. Ia memejamkan matanya berharap bisa tertidur.
30 menit berlalu, tapi Alva tak kunjung tertidur. Karena jam sudah menunjukkan pukul 5.30, ia mencoba membangunkan pemuda itu lagi.
"Ann, udah jam setengah 6..." ucapnya sambil menggoyangkan bahunya, yang dibangunkan justru menepis kesal. "Nggak kerja?" tanya Alva lagi.
Tak lama Ann bangun sambil menyibak selimutnya kasar dan langsung masuk ke kamar mandi. Alva yang melihat itu hanya terdiam bingung. Ia menggeleng melihat pemuda itu kesal karena dibangunkan.
Setelah beberapa menit, Ann keluar dengan bathrobe yang melekat di tubuhnya. Ia terlihat sedikit pucat dan terus memegangi kepalanya. Alva yang melihat itu tentu bingung dan bertanya-tanya.
"Kenapa?"
"Nggak," balas Ann singkat. Lalu ia membuka lemari pakaian Alva dan memakai setelan baju lengan panjang. Tak lama ia duduk di kursi dekat kasur.
Alva hanya diam melihat Ann yang sedikit aneh akhir-akhir ini. Tak lama ia berdiri dan mendekati Ann. Tangannya bergerak menyentuh kening pemuda itu.
"Kamu sakit?" tanya Alva, suhunya masih normal tapi wajahnya terlihat pucat.
"Nggak, cuman agak lemes aja..." balas Ann lalu pergi keluar kamar. Alva hanya diam melihat itu lalu ia menyusul keluar. Tapi saat di luar ia mencari sosok pemuda itu yang menghilang tiba-tiba.
Alva mencari keruang tengah tapi di sana kosong lalu ia keluar vila tapi tak ada orang di sana. Netranya masih mengedar mencari sosok pemuda itu. Tak lama, Alva melihat sang Bunda yang sedang menjemur pakaian di luar, buru-buru ia mendekat dan bertanya.
"Bunda, ada liat Ann nggak?"
"Ehh, nggak ada, Ann belum ada keluar, di kamar ada, Sayang?"
"Nggak ada."
"Coba cari ke dapur, kemarin malam Ann ke dapur," balas sang Bunda lagi. Alva sedikit terkejut mendengar itu. Ia bahkan tak sadar pemuda itu pergi dari kamar tadi malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Enigma [TERBIT]
RomanceAnn, seorang pembunuh bayaran yang beralih profesi menjadi barista, tetapi diam diam ia bekerja lagi dengan seorang Enigma berbahaya bernama Alva Edison, kerjasama yang dibangun secara sepihak ini membuatnya harus memutar otak untuk menolak setiap m...