6. Fever ? 🔺

17.2K 857 7
                                        

Kegelapan memenuhi pandangan. Perlahan kegelapan itu memudar memperlihatkan hal familier. Hawa panas menyelimuti dan terasa seperti membakar hidup-hidup. Napasnya terasa sesak. Ann berusaha menghirup udara dengan susah payah sampai membuat dadanya sakit.

Tubuhnya terasa terguncang, Ann merasakan perasaan asing menjalar di sekujur tubuhnya. Tangannya bergerak mencengkram apapun yang bisa ia tangkap. Ann mengerang keras karena perasaan asing yang terus menusuk tubuhnya. Ia melihat sosok bersurai hitam tengah mencengkeram kakinya dan terus bergerak menusuk bagian bawahnya.

Pikirannya terasa kosong saat menatap sosok yang ia kenal. Tangannya perlahan terangkat berusaha meraih sosok itu, gerakan yang terasa membakar tubuh itu melambat, membuatnya bisa meraih wajah itu.

Wajah itu terasa hangat hingga sebuah tangan mendorong kepalanya dari belakang, membuat bibirnya bertemu benda kenyal yang memaksa masuk ke dalam mulutnya.

Sosok itu melepaskan cengkramannya dan mendorong tubuhnya lagi. Pandangannya sesaat menatap langit-langit. Perasaan menusuk itu kembali ia rasakan, membuatnya tak bisa menahan suaranya lagi. Ia mencari surai hitam itu lagi, tangannya terangkat ingin meraih sosok itu, hingga ia merasakan ada sesuatu yang mencengkeram tangannya.

Seketika Ann terbangun. Pandangannya silau karena langit siang yang terang benderang menyambut pengelihatannya. Setelah ia bisa fokus melihat sekitar, sosok Alva lah yang pertama hadir di matanya, pria itu sedang memegang tangannya erat.

"Bangun, mimpi apa kamu?" tanya Alva heran.

Seketika Ann menarik tangannya, kenapa pria ini ada di sini? Ann langsung bangun hendak kabur, tapi kepalanya terasa berat, pandangannya gelap sesaat hingga ia oleng. Seketika ia merasakan cengkeraman di lengannya, Alva menahannya? Refleks tatapan mereka bertemu sesaat.

Sadar dengan posisi memalukan itu, Ann langsung menepis dan kabur. Ia berlari menjauh. Tak lama, ia melihat Xici duduk di bawah payung lebar berlindung dari sinar matahari. Tanpa pikir panjang, ia langsung mendekat dan duduk di samping Xici. Jantungnya masih berdegup kencang mengingat mimpi yang baru ia alami, rasa sesak itu benar-benar terasa nyata.

"Kakak Ipar kenapa? Kok seperti orang ketakutan begitu? Apa jangan-jangan kak Alza menjahili kakak Ipar ya?" curiga Xici langsung melirik pada Alza yang sedang menikmati air kelapa di belakang.

"Hei, jangan sembarangan! Daripada aku, lebih baik tanya yang satu itu," balas Alza menunjuk ke arah Alva yang baru saja mendekati tempat mereka berteduh.

"Mau?" tawar Alza menyodorkan kelapa muda pada saudara kembarnya. Alva langsung mengangguk dan menerima lalu meminumnya.

Dari jarak yang cukup jauh, rupanya Ann bisa mendengar suara tegukan dari gundukan yang terus bergerak gerak. Ann terpaku melihat itu.

"Alva, bisa bantu Ayah sebentar?"

Alva langsung mengangguk lalu pergi setelah menyerahkan kembali kelapa muda itu pada Alza.

"Ann mau, Sayang?"

Suara sang Bunda mengalihkan perhatian Ann. Belum sempat ia menjawab, 1 buah kelapa yang terlihat sangat segar sudah berada di tangannya. Setelah mengucapkan terima kasih, Ann langsung meminumnya. Ia baru sadar jika ia sangat kehausan sampai menghabiskan setengah lebih dari air kelapa itu.

"Ann, kenapa jarang main ke vila? Tidak betah, ya?" tanya sang Bunda.

Ann langsung terdiam. Ia baru ingat jika selama ini ia menghindari sang Bunda, sekarang ia bingung harus menjawab apa. Kepalanya terasa sangat kosong saat diberi pertanyaan.

"Eh, bukan, Bunda. Hanya sibuk bekerja saja," balas Ann tanpa mempersiapkan alasan apa pun. Ia hanya menjawab sesuai kesehariannya saja.

"Kakak Ipar sibuk, Bunda. Lihat ini. Tagar postingan cuppucino di Instagram saja sudah hampir 2 ribu loh, padahal Kakak Ipar baru bekerja 2 bulan, pastinya Kakak Ipar selalu sibuk," balas Xici sambil menunjukkan layar handphone-nya pada sang Bunda, dan secara tak langsung juga membantu Ann membenarkan jawabannya.

I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang