Bayangan gelap terlihat berjalan pelan mendekat. Reo mengangkat pandangannya melihat sosok yang ada didepannya, seorang anak kecil yang ia kenali.
"Alva?"
Ia merendahkan diri dan tangannya menyentuh wajah adik kecilnya. Sosok polos yang sedang menangis tersedu-sedu itu membuatnya iba. Memorinya kembali mengingat saat adik kecilnya merindukan sang Bunda.
"Alva... Jangan nangis ya, nanti kakak sering main sama Alva."
Ia mengusap lembut air mata yang mengalir di pipi Alva kecil. Sosok polos itu masih menangis tanpa henti. Matanya sembab karena menangis terlalu lama. Adik kecilnya menggeleng pelan.
"Bukan, Kak Reo... Kak Reo kenapa tega sama Alva?"
Reo terkejut mendengar itu. "Loh, ada apa? Kakak kenapa?"
Sosok Alva kecil yang ada dihadapannya perlahan berubah membesar. Ia baru sadar saat ini adiknya bukanlah sosok anak kecil lagi, tapi sudah tumbuh menjadi seorang pria berwajah dingin, tapi sosok itu masih menangis dan menunduk.
"Alva?"
Sosok adiknya menatap sendu. Alva menggenggam erat tangannya, suasana di sekitar yang awalnya tak ia perhatikan kini berubah menjadi gelap dan dingin. Semilir angin laut menyapa kulitnya dan ada bau anyir darah yang tercium.
"Alva, ada apa ini?"
Sosok Alva berbalik dan berjalan manjauh, tentu Reo mengikuti ke mana adiknya pergi, dari kejauhan ia melihat ada sosok Ann yang sedang berdiri memunggunginya. Alva berjalan ke arah Ann dan memeluk pemuda itu, tak lama Alva mengulurkan tangan padanya.
Reo berjalan pelan. Netranya melihat ada sebuah jurang di belakang adiknya. Kaki Alva berada tepat di ujung pijakan. Ia baru sadar mereka ada di sebuah rooftop. Ia panik dan hendak meraih adiknya.
Tapi pandangan Reo menangkap sebuah pistol di tangannya. Sontak ia menjatuhkan pistol itu dan melihat ke arah Alva. Dada adiknya sudah berlumuran darah.
"Alva? Ini..."
"Kenapa Kakak tega...?"
Reo terdiam membeku. Pikirannya kalut melihat apa yang ada dihadapannya. Tidak mungkin ia yang melakukan semua ini.
"Aku... Apa aku—"
Netranya membola saat melihat Alva terjatuh bersama Ann. Tubuhnya lemas seketika. Hawa dingin yang menusuk membuatnya kaku, Reo hanya bisa diam melihat adiknya yang jatuh ke bawah sana. Samar-samar dia melihat bibir adiknya bergerak, dalam pikirannya ia mendengar Alva berbicara...
"Kenapa kakak membunuhku?"
---
Reo terbangun tersentak. Ia langsung duduk memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Pandangannya buram tapi ia berusaha menatap ke sekitar.
"Sudah bangun, Nak?"
Reo menoleh ke samping. Ada sosok yang tak asing di matanya. "Pak Voorh ?"
"Iya, apa kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan nada tenang.
Reo diam sebentar. Ia masih memegangi kepalanya. Rasa sakitnya mulai reda. Ia menatap ke sekitar. Semuanya seperti ruang perawatan.
"Istirahatlah dulu, kamu baru bisa kembali besok," ucap dr. Voorh sambil menyerahkan segelas air pada Reo. Ia langsung menerima gelas itu dan meminumnya.
"Pak. Voorh, Alva di mana?"
Hening sesaat. Pria tua disampingnya tersenyum kecil lalu menepuk bahunya pelan. "Dia sedang istirahat, tenanglah... Mau makan? Kalau mau akan aku siapkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Enigma [TERBIT]
RomanceAnn, seorang pembunuh bayaran yang beralih profesi menjadi barista, tetapi diam diam ia bekerja lagi dengan seorang Enigma berbahaya bernama Alva Edison, kerjasama yang dibangun secara sepihak ini membuatnya harus memutar otak untuk menolak setiap m...