Rasa Canggung Sofia

498 65 158
                                    

Saat matahari belum menampakkan sinarnya, keluarga Sofia sudah bangun dan telah selesai melaksanakan shalat subuh berjamaah, Adrian pun ikut bersama keluarga Sofia. Namun, ada yang berbeda dari sifat dan tingkah laku Sofia jika berpapasan atau tidak sengaja melihat Adrian, sepertinya gadis itu mulai canggung akibat semalaman dirinya menemani Adrian di dalam kamar bekas Kakaknya. Berawal dari rasa penasaran Sofia yang terlalu dalam hanya karena ingin tahu penyebab kecelakaan mendiang istri Adrian.

Lain halnya dengan Adrian, ia malah sibuk berlari pagi bersama Pak Jusuf di sekitar perumahan. Masih mengenakan pakaian semalam, tampaknya hubungan Pak Jusuf dengan Adrian sangat akrab. Lagipula sudah lama Adrian tidak mengobrol dengan dokter senior ketika masa koas.

"Semalam tidurnya nyenyak?" tanya Pak Jusuf yang berjalan di samping Adrian.

Adrian tersenyum lalu menjawab, "sangat nyenyak." 

"Alhamdulillah kalau nyenyak. Lebih baik kita kembali ke rumah menikmati sarapan buatan Sofia. Tadi putriku ingin memasak sesuatu tapi saya tidak tahu pasti," ucap Pak Jusuf. Mereka berdua kembali kerumah, Adrian pun penasaran masakan apa yang akan dibuat Sofia. 

Sementara di rumah, Sofia sudah selesai membuat nasi goreng sebagai menu sarapan. Dirinya memang pandai memasak, tapi tidak sebaik perempuan kebanyakan, ia hanya mampu memasak makanan yang menurutnya mudah dibuat, seperti nasi goreng, telur mata sapi, intinya yang mudah dihafal oleh otaknya. Gadis itu hanya tahu perihal kedokteran, bahkan persoalan cinta saja ia buta. Mencintai laki-laki selama lima tahun lamanya tanpa disadari oleh laki-laki itu sendiri dan berakhir menyedihkan.

"Enak nggak Ma?" tanya Sofia sambil mengambil satu sendok nasi goreng untuk dicoba oleh Ibunya, Bu Raden.

Bu Raden lalu mencicipi nasi goreng buatan Sofia, putri keduanya.

"Enak kok, sudah pas. Selama tinggal di Paman Sam, kamu masak apa saja?" tanya Bu Raden sambil menyiapkan piring dan alat makan di meja makan.

"Yang mudah dibuat, kalau susah ada Rania." Bu Raden menatap heran putri keduanya. Sangat jauh berbeda dengan Nandita. Tapi, kekurangan Nandita adalah dirinya tidak secerdas Sofia dalam bidang akademik, bukan berarti bodoh, hanya saja Nandita lebih menyukai tentang ilmu kebidanan. 

Pintu rumah mereka terbuka, pertanda Ayahnya dan Adrian sudah selesai berlari pagi di sekitar rumah. 

Pak Jusuf menyuruh Adrian agar bersiap-siap berangkat kerja bersama putrinya, Sofia. Ketika kedua mata Sofia dan Adrian saling bertemu, Sofia langsung memalingkan wajahnya dan berbicara aneh kepada Ibunya.

"Ma, garam mana?" tanya Sofia sehingga membuat Adrian keheranan. Namun, laki-laki itu melenggang ke lantai dua menuju kamar bekas Nandita untuk membersihkan badannya.

"Garam? Buat apa?" tanya Bu Raden.

"Oh nggak jadi, sudah ketemu," jawab Sofia tersenyum lebar. 

"Ojo aneh-aneh Dek," ucap Ibunya dalam logat Jawa.

Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya Adrian dan Ayahnya turun dari kamar masing-masing dan duduk di meja makan. 

Sofia sibuk menuangkan nasi goreng ke piring mereka masing-masing dan meletakkan beberapa teko berisi minuman berupa teh, kopi, dan wedang jahe. Sudah menjadi kebiasaan keluarga Sofia membuat wedang jahe setiap pagi agar stabilitas tubuh terjaga dan terhindar dari berbagai macam penyakit, seperti flu, batuk, dan masuk angin.

Selama menikmati sarapan, Sofia lebih banyak diam. Ia hanya berbicara seadanya. Membuat kedua orang tuanya keheranan dengan perubahan sifat Sofia, biasanya anak itu selalu berisik setiap sarapan alias selalu berbicara membahas ini dan itu.

Hospital Diary [Terbit] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang