Adrian kembali tertidur, Sofia meninggalkan lelaki itu seorang diri untuk mengambil segelas air putih. Ketika kedua langkah kakinya menuruni anak tangga, rupanya Pak Jusuf belum tidur.
Lantas, Sofia duduk menemani ayahnya. Ayah Sofia tampaknya sedang merenungkan sesuatu yang Sofia sendiri tidak tahu permasalahan apa yang dihadapi ayahnya.
"Pa? Kok belum tidur?"
Pak Jusuf tersenyum melihat putri keduanya.
"Belum ngantuk."
"Papa lagi mikirin apa? Adrian?" Sofia yakin betul jika ayahnya memikirkan Adrian. Sebenarnya apa yang terjadi pada hidup Adrian? Mengapa begitu rumit dibanding kisah cintanya dengan Asher?
"Nak, Papa ingin menceritakan hal ini padamu soal Naira dan juga Adrian."
Sofia yang memiliki rasa keingintahuan tinggi, langsung mendengarkan ayahnya. Wajahnya sangat serius dan tak inti ketinggalan satu informasi mengenai Adrian.
"Tiga tahun lalu ada yang aneh dengan jadwal anak koas. Yang lebih aneh lagi mengapa Adrian tiba-tiba diharuskan untuk membantu operasi di bidang lain hingga larut malam. Tidak masuk akal Adrian harus lembur menggantikan dokter lain berjaga."
Sofia jadi kepikiran tentang buku harian Naira. Ada halaman yang dirobek entah oleh siapa pelakunya? Tapi sepertinya itu adalah sesuatu yang sangat penting. Penting bagi kelangsungan hidup Adrian.
"Papa juga tidak tahu, apalagi Om Tan. Om Tan kaget ketika Adrian lembur. Nak, perlu kamu ketahui bahwa Papa dan Om Tan masih mencari tahu informasi dari salah satu alumni kampus Papa yang diberitakan menghilang saat hamil. Beritanya, gadis itu diam-diam sudah menikah dengan salah satu mahasiswa kedokteran alumni Papa yang tidak Papa kenal."
"Maksud Papa? Ada seorang wanita hamil yang masih berstatus mahasiswi dibunuh?" Sofia memaksa ayahnya untuk melanjutkan ceritanya.
"Papa yakin dibunuh dengan orang yang ingin membunuh Adrian juga." Membunuh Adrian? Mengapa harus Adrian?
"Ha? Adrian? Kenapa harus Adrian?"
"Adrian hampir terbunuh di salah satu gudang rumah sakit. Untung saja malam itu ada satpam yang masih berjaga. Satpam menemukan Adrian dalam kondisi tangan terikat dan dirinya tidak sadarkan diri."
"Lalu apa yang harus Sofia bantu?" Tidak tahu alasan dibalik Sofia membantu Adrian. Mungkin karena rasa belas kasihan terhadap laki-laki itu yang telah ditinggal pergi oleh Naira dan bayi yang dikandung oleh istrinya.
"Jangan pernah meninggalkan Adrian.",
Sofia terhenyak mendengar penuturan ayahnya yang mengharuskan agar ia tidak meninggalkan Adrian. Dalam benaknya mungkin tidak ingin kejadian hal ini terulang kembali. Selain itu, Sofia berniat mencari tahu siapa dalang dibalik kejadian malam ini.
***
Paginya, Mbok Darmi membawakan kemeja baru untuk Adrian. Awalnya Pak Jusuf melarang keras Adrian untuk bekerja, tapi keinginan keras Adrian untuk bekerja membuat Pak Jusuf mengalah.
Sementara, Sofia mendatangi kamar Adrian. Bukan tanpa alasan, ia ingin membantu laki-laki itu bersiap-siap menuju rumah sakit.
Saat kedua langkah Sofia memasuki kamar Nandita yang dihuni oleh Adrian membuatnya berteriak sedikit walau tidak sampai terdengar ke bawah. Adrian hanya mengenakan celana tanpa mengenakan sehelai pakaian.
"Kok lo nggak pakai baju?" Sofia masih menutup kedua matanya.
"Tangan aku masih sakit, bisa pakai celana saja sudah bersyukur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital Diary [Terbit] ✅️
General Fiction"Mengapa begitu sulit memintamu untuk tetap bertahan?" Seorang pria tengah berbicara kepada seseorang yang sudah terkubur jauh di dalam tanah. Tangannya terus mengusap lembut sebuah batu nisan bertuliskan dua nama dalam satu liang lahat. "Aku membay...