Semua pasang mata memperhatikan gadis itu yang sedang membeli sebuah minuman ke salah satu kios kantin. Ada rasa tidak nyaman dalam dirinya ketika menjadi pusat perhatian oleh beberapa orang. Sofia malas jika diperhatikan begitu intens oleh sejumlah orang, pasalnya apa yang salah dari dirinya? Pakaian yang dikenakan masih terbilang sopan, apa mungkin karena ia adalah keponakan direktur? Jadi, mereka semua takut atau segan jika berbicara padanya. Sangat kekanakan sekali.
"Ini Neng jus jambunya, lima belas ribu." Sofia memberikan selembar uang dan tanpa mengucapkan permisi langsung meninggalkan kios penjual minuman jus tersebut.
"Eh Neng! Kembaliannya." Sofia tidak mengindahkan panggilan ibu pedagang dan berlenggang kembali menuju ruang kerjanya.
"Agak sombong, padahal cuma dokter spesialis gayanya sudah melebihi direktur," bisik pedagang lainnya.
Dalam perjalanan menuju ruang kerjanya, Sofia tidak sengaja berpapasan dengan salah satu dokter laki-laki. Dari kartu nama bertuliskan "dr. Muhammad Haris Rusdianto Sp.PD" dokter spesialis penyakit dalam.
"Sofia?"
"Iya?"
"Maaf sebelumnya jika tidak sopan mencegat anda di jalan. Saya Haris, spesialis penyakit dalam." Sofia sudah tahu dari kartu nama yang dililitkan di leher.
"I know, why?" tanya Sofia.
"Nothing, tapi sepertinya saya memerlukan bantuan anda untuk mengetahui apakah salah satu satu pasien saya terdeteksi kanker atau tidak? Hanya itu."
"Datang saja ke lantai dua , dari lift belok kiri, di sebelah kiri ruangan gue, dari pintu ketahuan ada namanya. Jadi, jangan tanya lagi. See you!"
"Oke, thank you Sof!" Sofia mengangguk dan kembali berjalan sambil meminum jusnya.
***
Sofia masih menunggu jadwalnya hari ini. Sudah hampir satu jam ia menunggu di ruang kerjanya. Firasat Sofia mengatakan jika salah satu karyawan lupa membuatkan jadwal untuknya. Malas sekali Sofia kembali turun kebagian administrasi. Tapi, kalau tidak dihampiri, sampai kapan ia menunggu?
Sofia kembali keluar dari ruangannya menuju bagian administrasi. Lagi dan lagi, Sofia bertemu sosok Adrian yang baru keluar dari lift. Tidak ada obrolan atau sapaan bahkan seulas senyum dari Sofia, sedangkan Adrian menatap aneh wanita itu ketika Sofia memasuki lift.
Sofia menekan tombol lantai satu untuk menuju bagian administrasi dan meminta jadwalnya hari ini. Begitu ia sampai dibagian administrasi tanpa basa-basi Sofia langsung meminta jadwalnya.
"Jadwal atas nama dokter Sofia sudah selesai?" Karyawan lain segera menatap ke arah Liana, salah satu petugas yang berkewajiban membuat jadwal setiap dokter di rumah sakit ini.
Sorot wajah Liana berubah, ia lupa membuat jadwal untuk Sofia.
"Mana? Lupa dibuat?" Sofia bertanya lagi kepada mereka semua.
"Iya dokter Sofia, maaf saya lupa membuat jadwal untuk anda hari ini." Sofia menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya hal yang sudah menjadi pekerjaan sehari-hari lupa.
"Nggak diberitahu sebelumnya?"
"Sudah bu, tapi saya lupa."
"Lo digaji buat bikin jadwal, bukan digaji persoalan lupa. Lupa lo itu nggak jadi uang. Sudah diberitahu malah lupa." Semua orang terkejut dengan kalimat sarkas Sofia. Daripada urusan semakin panjang, Liana segera membuat jadwal untuk Sofia berdasarkan laporan jadwal yang dikirimkan melalui grup chat whatsapp.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital Diary [Terbit] ✅️
General Fiction"Mengapa begitu sulit memintamu untuk tetap bertahan?" Seorang pria tengah berbicara kepada seseorang yang sudah terkubur jauh di dalam tanah. Tangannya terus mengusap lembut sebuah batu nisan bertuliskan dua nama dalam satu liang lahat. "Aku membay...