Sebuah Pilihan

534 53 57
                                    

Natalia terus menggoda Sofia karena terus memegang kado dari Adrian. Apakah sebuah pertanda jika hubungan mereka berdua mulai membaik? Natalia sangat senang kalau sahabatnya ini mendapatkan kebahagian penuh dari seseorang yang mencintai Sofia dengan tulus.

"Kadonya nggak akan lari kok. Dipegang terus haha," ledek Natalia.

"Nanti ketukar sama kado lo," jawab Sofia. Sahabatnya memang pintar namun terkadang ceroboh melihat situasi. Padahal sudah jelas di dalam undangan diharuskan membungkus kado dengan warna kuning, sesuai dengan warna almamater mereka.

"Astaga Tuhan! Lupa."

Di tengah perjalanan mereka, Sofia mendapatkan telpon dari perawat Diana, salah satu perawat yang ditugaskan direktur untuk membantu Sofia perihal perawatan pasiennya.

"Assalamualaikum, dokter Sofia."

"Waalaikumsalam, iya ada apa?"

"Ada benjolan yang teraba di bawah kulit Ilyas dan juga muncul lingkaran hitam seperti memar di sekitar mata."

"Astagfirullah…"

"Kenapa Sof?" Natalia khawatir tatkala raut wajah Sofia berubah drastis.

"Saya segera ke sana. Tolong perhatikan kondisi Ilyas."

"Baik dokter." Sofia mematikan ponselnya.

"Nat, malam ini gue harus ke rumah sakit. Kondisi Ilyas memburuk, terdapat benjolan di bawah kulit dan lingkaran matanya berubah hitam seperti memar."

"Terus kendaraan lo gimana?"

"Lo antar gue ke rumah sakit, kebetulan ada baju ganti di dalam lemari ruangan gue."

Natalia menuruti perkataan Sofia, ia langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat keduanya bekerja. Benar-benar malam itu Sofia diliputi rasa kekhawatiran. Gadis itu takut jika hal besar terjadi pada Ilyas.

***

Sesampainya di rumah sakit, Sofia langsung masuk ke dalam dan berlari menuju ruang perawatan Ilyas. Namun, diam-diam Natalia menghubungi seseorang dan meminta orang tersebut untuk menemani sahabatnya tanpa memberitahu jika dirinya yang menyuruh orang itu datang ke rumah sakit.

Begitu Sofia memasuki kamar rawat Ilyas, sudah ada kedua orang tuanya yang menunggu kedatangannya bersama perawat Diana. Sofia mengeluarkan stetoskop dan memeriksa denyut nadi Ilyas.

"Sudah berapa lama benjolan itu muncul di area leher belakang?" tanya Sofia.

"Saya tidak sadar jika ada benjolan di lehernya dokter Sofia," ujar Bu Sarah, Ibu dari Ilyas.

Sofia terdiam, ia menyarankan kepada kedua orang tua Ilyas untuk tidak panik. Lantas, Sofia meminta perawat Diana untuk menemani Ilyas dan memantau kembali kondisinya.

"Sebelumnya setelah saya melakukan tes darah dan CT Scan baru diketahui jika Ilyas mengidap kanker neuroblastoma yang dimana kanker tersebut jarang terjadi pada anak seusia Ilyas, rata-rata neuroblastoma kalau bukan karena maaf terlahir cacat, penyakit ini rentan terjadi apabila salah satu anggota keluarganya memiliki riwayat penyakit ini, meskipun neuroblastoma umumnya bukan penyakit yang diturunkan."

Bu Sarah takut berbicara jujur. Ia tidak berani mengatakan hal jujur terlebih ada suaminya. Namun, sorot kedua mata Sofia mengatakan tidak apa-apa.

"Sebenarnya sebelum Ilyas lahir, kami sudah memiliki satu orang anak perempuan. Namun, karena keterbatasan biaya pada saat itu, Ayah Ilyas terkena phk maka kami berdua kehilangan anak perempuan yang terkena penyakit sama dengan Ilyas. Waktu itu dokter mengatakan kondisi anak perempuan kami sudah tidak bisa disembuhkan."

Hospital Diary [Terbit] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang