Masa Lalu atau Masa Depan?

376 39 117
                                    

Pagi hari suasana rumah sakit terlihat biasa saja, tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi. Semua staf bahkan masih bisa bersantai walaupun tetap diharuskan fokus.

Begitu juga dengan Sofia, dokter spesialis onkologi sedang mengerjakan beberapa laporan yang tertunda sebab beberapa hari lalu dirinya sibuk menyelidiki kematian Naira.

Sikap Sofia terhadap Asher biasa saja, bahkan wanita itu enggan melihat Asher walau sekadar berpapasan di area rumah sakit.

Namun, kehadiran Adrian mampu membuat Sofia kembali tersenyum. Mulai dari sikap menyebalkan Adrian, ucapan permintaan maafnya yang berulang kali, terus berkeliaran di dalam kepala Sofia.

"Tante!" Suara teriakan anak kecil menerobos masuk ke dalam ruang kerja Sofia. Siapa lagi kalau bukan Azka, keponakannya. Membuyarkan lamunan Sofia.

"Azka kok ke sini lagi?" Sofia keheranan dengan kedatangan Azka yang selalu saja ke kantornya.

"Azka kalau lari itu jangan cepat-cepat dong! Mama capek ngejarnya." Nandita mengatur nafasnya, ibu satu anak itu terlihat lelah sekali mengejar anak laki-lakinya.

"Lo ngapain ke sini lagi?" Sofia masih belum menyadari maksud kedatangan Nandita.

"Dih! Mobil lo nggak mau gue kembalikan? Banyak uang ternyata."

"Oh mobil? Enak saja, itu hadiah dari papa. Mobil lo sudah normal lagi?" Terakhir yang Sofia tahu, mobil milik kakaknya masuk bengkel karena alasan yang menurut Sofia tidak masuk akal.

"Tante jomblo, om ganteng mana?" Azka sudah terbiasa diajarkan oleh ibunya memanggil Sofia dengan sebutan tante jomblo. Panggilan tante jomblo akan hilang jika Sofia sudah memiliki pasangan.

"Azka kenapa panggil tante jomblo terus?" protes Sofia.

"Kata mama harus panggil tante jomblo sampai tante jomblo ini punya pacar." Nandita tertawa keras mendengar kalimat anak laki-lakinya yang sangat cerdas melebihi kedua orang tuanya.

"Nggak boleh panggil jomblo pokoknya."

"Memang sudah punya pacar? Guru di sekolah bilang sama Azka dan teman-teman Azka kalau tidak boleh membantah orang tua. Benar 'kan mama?"

Nandita memberikan dua jempol untuk Azka. Anaknya tahu saja jika Sofia sangat susah membuka hati.

"Ish! Om ganteng siapa yang kamu cari? Om Haris?"

"Bukan, itu loh tante, om yang pakai kacamata. Kata mama sering berantem sama tante di tempat kerja." Sofia berpikir keras. Siapa yang dimaksud Azka?

"Sudah jomblo, kelamaan berpikir pula. Miris." Azka menggelengkan kepalanya terhadap tantenya sendiri, Sofia.

"Adrian, maksud anak gue itu Adrian."

Astaga! Sofia menyadari bahwa Azka pernah bertemu dengan Adrian. Kenapa dirinya bisa lupa mendadak.

"Oh Adrian, ada di ruangannya. Di depan ruangan tante."

"Ok tante jomblo, thank you!"

Azka berlari menuju ruang kerja Adrian. Anak itu sangatlah cerdas, buktinya dia berhasil masuk ke dalam ruang kerja Adrian dan bertemu langsung dengan dokter tampan.

"Halo om! Azka balik lagi nih."

"Halo Azka, kapan sampainya?"

"Baru om, om ini namanya om Adrian ya?" Adrian mengangguk, membenarkan ucapan Azka.

Azka duduk pada sebuah kursi dan berkhayal jika dirinya adalah seorang polisi yang sedang menginterogasi tersangka.

"Om, Azka mau diskusi. Mama bilang bicara sama orang dewasa itu harus bersikap berwibawa."

Hospital Diary [Terbit] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang