Tatapan kedua matanya sendu melihat barisan awan dari balik kaca pesawat. Hatinya sakit mengingat perasaan tulusnya terhadap laki-laki yang dicintainya selama lima tahun. Pupus sudah harapan gadis itu untuk hidup bersama laki-laki bernama Asher.
Sofia memejamkan kedua matanya. Terlalu banyak kenangan indah yang diberikan Asher kepadanya. Segala macam bentuk perhatian ditujukan padanya sehingga membuat hatinya semakin dalam mencintai pria itu.
Sofia kembali membuka galeri foto di ponselnya. Sudah saatnya bagi gadis itu menghapus semua kenangan berbau Asher. Mulai dari foto, catatan di setiap tanggalan kalender, hingga catatan kecil pada note di ponselnya.
"Excuse me Miss, do you need anything?" tanya salah satu pramugari maskapai pesawat. Sofia tersenyum dan memesan minuman.
"I ordered guava juice, if you don't have it, just orange juice."
Pramugari tersenyum mengiyakan pesanan Sofia. Lantas, gadis itu kembali menikmati penerbangannya menuju Jakarta. Sudah lama ia meninggalkan rumahnya.
Tapi memang dasarnya Sofia tidak bisa diam, gadis itu mengeluarkan buku kecil miliknya berwarna hitam. Di dalam buku tersebut terselip satu lembar foto pada saat wisuda di kampusnya. Namun, pandangan kedua mata Sofia tertuju pada sosok pria berkacamata di belakang dirinya sehingga mengganggu pemandangan.
***
Selama lebih dari 19 jam, akhirnya pesawat yang dinaiki Sofia telah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Sofia segera bersiap-siap keluar dari pesawat menuju lobi kedatangan.
"Thank you!"
Sambil menarik koper besar, gadis itu berjalan menghampiri segerombolan orang-orang yang masing-masing memegang kertas besar bertuliskan nama seseorang.
Namun, kedua netra Sofia tersenyum melihat namanya yang sedang dipegang oleh anak kecil.
"Assalamualaikum, welcome back to home!"
"Waalaikumsalam."
"Ngobrolnya dirumah saja, ayo Azka!" Nandita dan Azka menjemput Sofia di bandara.
Mereka bertiga berjalan menuju parkiran mobil. Azka bergelayut manja pada Sofia, berbanding terbalik dengan Sofia yang merasa tidak leluasa berjalan.
Setelah sampai di parkiran, Sofia memasukkan koper besarnya di bagasi mobil. Untung saja mobil yang dibawa Nandita bukan mobil berukuran kecil, terlebih koper Sofia sangat besar. Ketika semua barang sudah dimasukkan ke dalam bagasi, Sofia masuk ke dalam mobil, sedangkan kakaknya dan Azka berada di kursi depan.
Selama perjalanan menuju rumah, Sofia kebanyakan diam. Ia lelah seharian penuh berada di dalam pesawat.
"Sof, di Amerika gimana hubungan lo sama Asher?"
"Weird."
"Hah? Kenapa?"
"Dia nikah sama perawat lain. Jangan tanya atau bahas apapun yang berbau dia. Because I hate him."
"Berarti Tante Sofia patah hati ya? Sabar, Mama bilang biasanya kalau cewek patah hati lebih banyak diam dan kemungkinan galak."
"Heh! Bocil jangan ngadi-ngadi yah."
Nandita tertawa melihat tingkah laku anaknya yang berdebat dengan adiknya. Apalagi Sofia dikenal tidak menyukai anak kecil.
"Lo masih anti sama anak kecil hahaha dasar."
"Berisik."
***
Rumah besar bercat putih menyegarkan senyum Sofia. Gadis itu merindukan semua yang ada di rumah itu. Mobil yang dikendarai Nandita memasuki rumah tersebut dan memarkirkan di halaman garasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital Diary [Terbit] ✅️
General Fiction"Mengapa begitu sulit memintamu untuk tetap bertahan?" Seorang pria tengah berbicara kepada seseorang yang sudah terkubur jauh di dalam tanah. Tangannya terus mengusap lembut sebuah batu nisan bertuliskan dua nama dalam satu liang lahat. "Aku membay...