"Kalau takdirnya sudah tiba ya terima saja. Untuk apa anda menjanjikan kehidupan pada keluarganya?"
"Kamu ini sebenarnya dokter atau bukan?"
Perdebatan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan di sebuah koridor rumah sakit memancing eksistensi semua orang. Tidak ada yang mengalah pada keduanya.
Beberapa dokter saling berdatangan, berniat memisahkan perdebatan antara Dokter Adrian dengan Dokter Sofia.
Sebenarnya, mereka berdua memperdebatkan kondisi salah satu pasien yang mengidap kanker di bagian tulang. Keluarga pasien berharap Dokter Adrian mampu menyelamatkan nyawa anggota keluarga tersebut. Sedangkan, Dokter Sofia yang membantu memeriksa keadaan lanjutan kanker sang pasien.
"Saya ini dokter. Apa salahnya jika saya mengatakan hal seperti itu?"
Dokter Sofia melipatkan kedua tangannya. Ia kemudian membalas ucapan Dokter Adrian.
"Anda tahu yang menjadi masalah utama dari ucapan barusan? Anda memberi harapan hidup kepada seorang pasien yang menderita kanker tulang primer pada bagian kakinya, sedangkan kanker tersebut sudah sampai tahap stadium akhir? Saya selaku dokter yang memeriksa perkembangan sel-sel kanker pasien itu, tidak pernah memberikan harapan seperti harapan yang anda janjikan."
Dokter Sofia pergi setelah mengucapkan kalimat panjang kepada Dokter Adrian. Pada dasarnya, tugas mereka saling berhubungan. Akan tetapi, hubungan kerjasama tidak berjalan baik. Sofia dikenal sebagai dokter yang melihat kondisi pasien berdasarkan perkembangan dari suatu penyakit yang diderita pasien dengan menggabungkan teori yang dipelajarinya. Sedangkan, Adrian selain pintar, terkadang dirinya selalu memberikan harapan kepada keluarga pasien. Mengingat, tiga tahun lalu, ditinggalkan istri tercinta dan calon buah hatinya akibat kecelakaan tunggal di tol daerah Serpong.
***
"Sabar menghadapi Adrian. Dia memang seperti itu sejak istri dan anaknya meninggal dalam kecelakaan." Dokter Natalia, salah satu Dokter Spesialis Anak berusaha menenangkan kembali Sofia.
"Duda satu itu nggak bisa lihat kondisi Sisilia? Sel kanker tulangnya tumbuh pesat sejak dua bulan lalu."
"Padahal Direktur menjadikan kalian berdua partner malah begini."
"Huft sabar menghadapi duda satu itu. Nat! Mending kita berdua makan soto mie di kantin seberang jalan." Daripada pusing memikirkan urusannya. Sofia mengajak Natalia makan soto mie meskipun Natalia awalnya menolak, namun akhirnya mau juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital Diary [Terbit] ✅️
General Fiction"Mengapa begitu sulit memintamu untuk tetap bertahan?" Seorang pria tengah berbicara kepada seseorang yang sudah terkubur jauh di dalam tanah. Tangannya terus mengusap lembut sebuah batu nisan bertuliskan dua nama dalam satu liang lahat. "Aku membay...