Paginya Sofia kembali melanjutkan perjalanan yang tinggal setengah lagi menuju Kota Garut, lebih tepatnya ke daerah Cibalong untuk mencari tahu informasi tentang Naira, mendiang istri Adrian.
Dirinya terus kepikiran terhadap gadis tersebut. Berbekal buku harian serta foto yang diambilnya diam-diam album milik Adrian tidak menyurutkan semangatnya. Sofia bukanlah seorang polisi, tapi dari dalam hatinya ia berhak mengungkapkan kematian sebenarnya terhadap Naira. Malang sekali nasib Naira yang tidak mendapatkan keadilan atas dirinya.
Dari Cianjur , Sofia melajukan mobilnya menuju kota tujuan. Perjalanannya semakin indah dengan pemandangan sawah di kanan kiri serta penampakan gunung dan perbukitan dari kejauhan.
Sofia sengaja membuka kaca mobilnya agar ia leluasa menghirup udara segar pedesaan. Menikmati suasana pedesaan yang belum pernah dirasakan kembali.
Namun, saat menikmati suasana pedesaan, dadanya begitu sesak tatkala melihat gapura bertuliskan Cibalong. Kepala Sofia tiba-tiba sakit yang membuatnya harus berhenti sebentar di pinggir jalan.
"Sofia tinggal di sini sekarang? Desa Karyamukti?"
Iya, sementara waktu tinggal di sini sampai rumah kita yang di Bandung selesai direnovasi. Lagipula mama di sini buka praktek bidan."
"Astagfirullah! Rasanya aku pernah ke sini."
Sofia mematikan peta yang terpasang di ponselnya. Setelah dirasa sudah membaik, ia melanjutkan kembali perjalanannya.
Sekitar tiga puluh menit jarak yang ditempuh Sofia hingga tiba di sebuah desa yang lumayan ramai. Beberapa masyarakat di sana menyambut kedatangan Sofia sambil tersenyum. Sofia membalas senyum mereka yang tidak sengaja berjumpa.
Sofia menepikan kendaraan milik Natalia di dekat lapangan bola desa tersebut untuk bertanya lebih jelas alamat rumah Naira.
Berbekal foto dan nama ayah Naira, gadis itu berharap dapat menemukan langsung rumah Naira.
"Permisi, maaf numpang tanya. Apa bapak tahu rumah Pak Jaka yang memiliki anak perempuan bernama Naira?" Sofia bertanya kepada salah satu warga yang tidak sengaja melintas sambil mendorong sepeda ontel. Dengan memberikan foto, berharap langsung mendapatkan jawaban.
"Ohh Abah Jaka? Abah Jaka rumahnya sudah pindah ke dusun sebelah. Beliau memang punya anak perempuan namanya Naira. Mau bapak antar neng?" Sofia tersenyum karena sudah berhasil menemukan kediaman Naira.
"Boleh pak, ini mobilnya bagaimana ya?"
"Tinggal di sini saja, tidak apa-apa. Aman, asal dikunci."
Kebetulan kepala desa tidak sengaja melintas di depan wajah Sofia. Akhirnya, kepala desa tersebut mengantar Sofia menuju rumah Abah Jaka, ayah Naira.
"Mobilnya di parkirkan saja di depan rumah saya."
Sofia menuruti ucapan kepala desa bernama Pak Tohir, ia segera memarkirkan kendaraan milik Natalia di rumah kepala desa.
Setelah memarkirkan kendaraan Natalia, Sofia diantar oleh kepala desa menuju rumah Naira. Selama perjalanan, kepala desa menceritakan tentang kematian Naira yang tidak wajar. Itu pun dari informasi mulut ke mulut.
"Naira itu anaknya baik sekali. Tidak pernah iseng atau jahat dari tingkah lakunya dan mulutnya. Sangat suka membantu saya, kebetulan dia juga anaknya pintar. Makanya baru dia pertama kali yang lolos jadi asisten bidan."
"Lalu kematiannya bagaimana pak?"
"Sangat kasihan. Saat meninggal, kedua orang tuanya tidak diperbolehkan membuka peti jenazah Naira, karena kabarnya mengenaskan. Informasi yang didapat, ditemukan luka sayatan di area kaki dan perut, juga ada luka tusukan di punggung. Bapak menyimpulkan bahwa Naira dibunuh. Tapi ya itu cuma rumor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital Diary [Terbit] ✅️
General Fiction"Mengapa begitu sulit memintamu untuk tetap bertahan?" Seorang pria tengah berbicara kepada seseorang yang sudah terkubur jauh di dalam tanah. Tangannya terus mengusap lembut sebuah batu nisan bertuliskan dua nama dalam satu liang lahat. "Aku membay...