2020…
Brakkkkkk
Suara hantaman menyebabkan mobil yang dikendarai seseorang terbalik hingga di sebuah jalan tol. Di antara garis kehidupan dan kematian, wanita itu masih bertahan. Kedua tangannya tak pernah berpindah posisi. Semua itu ia lakukan demi keselamatan bayi yang dikandungnya.
Polisi lalu lintas datang menghampiri tempat kejadian. Berusaha menyelamatkan nyawa wanita tersebut.
***
Laki-laki itu berusaha membuka peti yang terkunci. Di dalamnya terdapat dua jenazah wanita dan bayinya yang menjadi korban kecelakaan tunggal malam ini.
Adrian terus memukul peti istrinya berharap Naira dapat mendengar suaranya.
"Naira! Ini aku datang. Tolong bangun. Nai...."
"Adrian! Naira dan bayimu sudah meninggal dalam kecelakaan itu!" ucap salah satu dokter berusaha menghentikan apa yang sedang dilakukan Adrian.
Adrian terduduk lemas melihat istrinya sudah tak bernyawa. Sekujur tubuhnya kaku, istri dan calon buah hati yang ia nantikan dua minggu ke depan sudah berpulang.
Adrian terus memeluk peti istrinya bersama bayinya yang sudah terbujur kaku. Harapan Adrian buyar sudah mengingat betapa bahagianya ia mendengar kabar kehamilan Naira.
"Nai! Nai! Naira. Allahu Akbar Nai…"
Mereka semua ikut merasakan kesedihan yang dialami Adrian. Menanti selama dua tahun dan memiliki akhir yang tidak diharapkan. Suara isak tangis masih membanjiri wajah Adrian begitu melihat peti jenazah Naira dimasukkan ke dalam ambulans untuk dimakamkan di kampung halaman istrinya, di wilayah Jawa Barat.
***
Hari pemakaman Naira dihujani tangisan. Untuk terakhir kalinya, Adrian mengantarkan istri dan anaknya ke dalam liang lahat. Hal yang paling menyesakkan adalah ketika ia harus mengadzani jenazah istri dan anaknya yang sama sekali tidak dilihatnya karena terbalut oleh sebuah peti kayu.
Hingga detik ini, pihak kepolisian menganggap kecelakaan yang dialami Naira hanyalah kecelakaan tunggal. Tidak ditemukan kejanggalan di area tkp. Namun, pihak keluarga Naira terus berupaya mencari sebab pasti kematian putrinya.
"Naira, anak Ibu, begitu cepat dirimu pergi meninggalkan kami semua." Adrian tidak kuasa mendengar kalimat mertuanya.
"Ibu, maafkan Adrian. Seharusnya Adrian malam itu tidak lembur," ucap Adrian penuh penyesalan karena tidak bisa menjaga Naira.
"Sudah, Nak. Ini sudah terjadi. Ayah ikhlas melepaskan kepergian putri satu-satunya kami ke pangkuan Allah."
Air mata Adrian semakin menjadi melihat gundukan tanah mulai menutupi liang lahat istrinya. Adrian menatap langit berharap dan berdoa bahwa Naira tengah melihatnya sambil tersenyum.
***
"Anak pertama kita laki-laki. Jadi, sengaja aku warnain kamarnya full warna biru. Warna kesukaan kita berdua."
Sepulang dari pemakaman, Adrian langsung pergi ke kamar anaknya. Tatapan sendu saat melihat kondisi kamar anaknya yang sudah rapi. Menunggu momongan selama dua tahun dan berakhir tidak sesuai harapan dan doa yang setiap hari ia panjatkan.
"Are you pregnant?" Adrian mengingat betul betapa bahagianya ia saat mendengar kabar kehamilan sang istri.
"Yes! This is your baby."
"Alhamdulillah, penantian selama dua tahun akhirnya terlaksana. Alhamdulillah Ya Allah." Adrian bersujud sebagai tanda rasa syukurnya atas rezeki yang Allah berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital Diary [Terbit] ✅️
General Fiction"Mengapa begitu sulit memintamu untuk tetap bertahan?" Seorang pria tengah berbicara kepada seseorang yang sudah terkubur jauh di dalam tanah. Tangannya terus mengusap lembut sebuah batu nisan bertuliskan dua nama dalam satu liang lahat. "Aku membay...