Jejak Kematian?

339 43 242
                                    

Kedua mata yang berukuran tidak terlalu besar telah mengukir senyuman tulus dari seseorang yang masih sibuk menatapnya. Wajah teduhnya hingga bagaimana cara ia tersenyum, selalu terbayang dalam setiap lekukan memori tentangnya.

Memang benar sebuah kegagalan tidak akan selamanya gagal. Cinta pertama yang sudah pergi oleh takdir, akhirnya kembali menemukan bahkan membuka jalan takdirnya sendiri. Semua itu berkat kuasa Tuhan yang tidak pernah bosan memberikan kebahagiaan pada setiap umatnya. Tentunya yang percaya bahwa kebahagiaan akan selalu bersama dalam kehidupan manusia.

Pagi itu, dikala matahari baru sedikit menampakkan sinarnya. Adrian sudah terlebih dahulu bangun dibandingkan Sofia. Gadis itu masih tertidur pulas sambil memeluk tubuhnya.

"Good morning." Suara Adrian sangat lembut membisikkan ucapan selamat pagi ke telinga Sofia.

Sofia mengerjapkan kedua matanya. Dengan muka yang masih berantakan, gadis itu menguatkan kedua matanya untuk bangun.

"Jam berapa sekarang?"

"Baru jam enam lewat delapan menit."

"Antar ke rumah dulu ya, nanti mereka berdua khawatir." Adrian mengangguk.

Baru juga ingin beranjak dari tempat tidur. Adrian yang merasa lukanya sudah sembuh langsung menggendong Sofia. Jelas membuat Sofia kaget. Tumben sekali Adrian bersikap manis.

Adrian menggendong Sofia ke dalam kamar mandi dan meninggalkan gadis itu sendirian. Sementara, ia membuat sarapan yang ia bisa.

Di dalam kamar mandi Sofia heran melihat tingkah laku Adrian terhadapnya.

"Aneh banget sikapnya. Tapi manis juga." Membayangkan sikap manis Adrian membuat ia tersedak saat menggosok gigi.

Selesai sarapan, mereka berdua langsung menuju kediaman Sofia.

Di dalam perjalanan, Sofia lebih banyak diam. Sebenarnya ia tidak kuat menatap terlalu lama wajah Adrian. Benar-benar tampan, tidak heran jika di rumah sakit dirinya begitu banyak disukai oleh kaum hawa, tidak peduli yang sudah menikah atau belum. Natalia saja mengungkapkan jika Adrian tidak masuk seharian, hampir seluruh dokter wanita dan perawat wanita mendadak galau. Menggelikan sekali jika dibayangkan kembali ucapan Natalia.

"Kenapa lihatnya begitu? Ganteng ya aku?" Adrian merasa tingkat ketampanannya semakin bertambah.

"Dih! Pede banget lo."

"Buktinya dari tadi melihat ke arah sini terus." Adrian tidak mau kalah dari elakan Sofia.

"Gue lagi lihat pemandangan."

"Bisa dari bagian sisi kiri. Dibuka saja kacanya."

"Gue mau lihatnya ke sana. Kok ngatur?"

Adrian tertawa melihat pipi Sofia yang mulai memerah. Berarti benar, wanita itu tengah salting terhadapnya.

Melewati perjalanan yang begitu tidak memakan waktu lama telah sampai di kediaman Sofia. Kedua orang tuanya sudah menyambut kedatangan mereka berdua di depan pintu rumah.

Sofia langsung memeluk kedua orang tuanya setelah keluar dari mobil Adrian.

"Mama aku diculik sama duda itu."

"Ya kalau dudanya kayak Adrian, tentu Mama happy."

"Masuk dulu, sarapan enak sudah menunggu kalian. Tidak ada penolakan walau Papa tahu kalian berdua sudah sarapan."

Mereka berempat masuk ke dalam rumah dan menikmati suguhan dari Bu Raden, ibu Sofia.

"Lukanya sudah sembuh?" tanya Bu Raden.

Hospital Diary [Terbit] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang