Matahari belum menampakkan sinarnya, Sofia sudah selesai melaksanakan ibadah subuh dan melanjutkan kegiatan lainnya yaitu membuat sarapan untuk keluarganya.
Bu Hapsari heran melihat putrinya, tidak biasanya Sofia bangun tidur tanpa dibangunkan oleh ibunya. Apalagi sampai membuatkan sarapan. Ada apa dengan putrinya? Apa putrinya sedang belajar menjadi seorang istri yang baik?
"Nak, tumben sekali sudah rapi semuanya."
Sofia tersenyum, kemudian gadis itu meminta izin berangkat lebih dahulu.
"Ma, aku berangkat dulu. Nanti sarapan di tempat kerja saja," ucap Sofia lalu menyalami tangan ibunya.
Sofia menyisipkan tasnya ke arah tangannya lalu berjalan menuju garasi.
Selama perjalanan, Sofia lebih banyak diam. Gadis itu masih memikirkan kalimat Theo mengenai istri Asher. Ia juga heran, bagaimana bisa pasangan yang belum genap satu bulan menikah sudah dikaruniai anak? Bukankah dalam dunia kedokteran jika seorang wanita yang baru menikah hamil, maka usia kandungannya masih dini. Namun, berbeda dengan istri Asher, usia kandungannya menunjukkan bahwa usia pernikahan mereka lumayan lama.
Sementara, laki-laki itu sedang berkomunikasi dengan seorang sahabatnya melalui telepon. Mendengarkan rencana yang akan dilakukan oleh sahabatnya.
"Halo Nat, ada apa?"
"Lo masih di rumah atau sudah on the way?"
"Baru jalan, kenapa?"
"Hubungan lo sama Sofia gimana? Masih sering ribut?"
"Tidak terlalu, ada apa?"
"Dengar baik-baik. Gue punya rencana agar Sofia bisa move on dari bayangan gebetannya dulu di Amerika."
"Maaf, aku nggak ngerti. Maksudnya apa?"
"Ad, selama bertahun-tahun lo mencari sosok perempuan yang pernah menolong lo saat kuliah dulu. Sekarang, perempuan itu sudah kembali, kenapa lo nggak coba untuk menyembuhkan hati Sofia? Siapa tahu Tuhan merubah takdirnya Sofia atau juga takdir lo."
"Kenapa mesti aku? Aku saja belum menemukan siapa dalang di balik kecelakaan Naira."
"Ad, ini bukan soal kecelakaan Naira. Tapi ini soal hati lo. Setiap hari lo merenungi kematian Naira, dia nggak akan balik. Bukan cuma lo doang yang kehilangan istri dan anak. Di luar sana masih banyak, bahkan lebih parah dibanding lo. Ad, move on."
"Sofia dan Naira itu berbeda."
"Ad, takdir lo dengan Sofia bukan kebetulan. Semuanya sudah direncanakan Tuhan. Mulai dari bertemu secara tidak sengaja meski menimbulkan kesan tidak sesuai harapan lo. Sampai tiba waktunya, lo tahu kalau Sofia adalah perempuan pertama yang buat lo jatuh cinta."
"Saya tidak mencintai Sofia. Hanya Naira yang saya cintai."
"Kalau tidak mencintai Sofia, kenapa hadiah untuk Sofia masih lo simpan? Harusnya lo buang. Itu artinya, lo masih belum bisa melupakan Ijul."
Natalia memutuskan panggilannya dengan Adrian. Laki-laki itu justru berpikir tentang takdirnya bersama gadis itu.
***
Sofia masih berkutat di meja kerjanya. Menginput data pasien serta memantau perkembangan beberapa pasien yang ia tangani.
Lain halnya dengan kondisi lantai satu. Mereka semua menyambut kembali kehadiran Tania, dokter psikologi yang menurut beberapa karyawan memiliki paras rupawan. Tapi, tetap saja ada beberapa karyawan yang mulai menyukai sosok Sofia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital Diary [Terbit] ✅️
General Fiction"Mengapa begitu sulit memintamu untuk tetap bertahan?" Seorang pria tengah berbicara kepada seseorang yang sudah terkubur jauh di dalam tanah. Tangannya terus mengusap lembut sebuah batu nisan bertuliskan dua nama dalam satu liang lahat. "Aku membay...