I Wanna Help You

398 26 4
                                    

"Lo datang ke sini cuma pinjam mobil gue?!"

Sofia terkejut dengan kedatangan Kak Nandita ke rumah sakit tempatnya bekerja. Tanpa menunggu perizinan dari sang empunya mobil, Nandita langsung mengambil kunci kendaraan tersebut yang tergeletak begitu saja di meja. Pergerakan Sofia kalah cepat dengan Kakaknya, tangan Nandita sudah memegang kunci mobil Sofia sambil meledeknya.

"Terus gue pulang naik apa?" Sofia tidak rela jika mobilnya berada di tangan Nandita. Pasalnya, dulu sewaktu kuliah, Nandita pernah merusak mobilnya sendiri. Nandita dikenal hobi mengebut ketimbang dirinya yang suka berkendara santai.

Nandita langsung mengucapkan kalimat yang membuat Sofia terdiam dan pipinya memerah perlahan. Lagi dan lagi nama laki-laki itu yang terdengar.

"Bukannya lo sore ini mau diajak nonton sama Adrian? Hayo ngaku? Gue tahu dari Natalia."

"Bu…bukan, jangan salah paham dulu. Dia ngajak gue cuma untuk balas budi kok."

Sofia bingung membalas argumen Nandita. Kakaknya ini dikenal tidak mau mengalah. Terkadang rasa egois Nandita menggema jiwanya.

"Banyak omong. Gue pinjam sampai nanti suami tersayang beli mobil baru. Bye sipit, I love you." 

Wajah sedih menghiasi gadis tersebut. Meratapi nasib mobilnya selama waktu tertentu di Bandung. Sofia geregetan terhadap Natalia, mengapa sahabatnya ini tidak bisa menjaga mulutnya dengan baik?

Mau bagaimana lagi? Sudah terjadi, lebih baik ia mengalah dari Nandita.

Siang berganti sore, beberapa dokter dan karyawan rumah sakit sudah pulang ke rumah masing-masing. Termasuk Sofia, yang diam-diam menunggu Adrian di tempat parkir. Sofia sudah mengirimkan pesan singkat kepada Adrian dan laki-laki itu meminta dirinya untuk bersabar menunggu kedatangannya.

Sebelum keluar dari ruang kerjanya, Tania memasuki ruang kerja Adrian sambil membawa oleh-oleh. 

"Halo Ad!"

Adrian menoleh ketika mendengar Tania menyapanya. Melanjutkan kembali kegiatan merapikan meja kerjanya.

"Belum pulang?" tanya Tania. 

"Lima menit lagi, ada apa?" tanya balik Adrian. 

Tania memberikan beberapa oleh-oleh yang dibawanya selepas dinas beberapa hari lalu. Adrian tersenyum menerima oleh-oleh tersebut. Tidak enak menolak kebaikan seseorang.

"Sangat berbeda sekali," ucap Tania. Adrian tidak mengerti maksud dari kalimat Tania. 

"Maksudnya?" 

"Melihat penampilanmu yang tidak seperti biasanya. Jika pulang kerja, mana sempat merapikan rambut dan kemeja. Mau jalan?" Tania tidak suka jika laki-laki yang diincarnya sudah lebih dahulu ada perempuan yang mengincar laki-laki yang sama dengannya.

"Tidak masalah bukan kalau aku lebih kelihatan rapi. Daripada berantakan, nanti dapat komentar netizen."

"Kapan ke rumah lagi? Ibuku terus menanyakan dirimu." 

Sambil berjalan keluar menuju pintu ruang kerjanya.

"Thank you oleh-olehnya."

Adrian berlari menuju tempat parkir. Sudah ada Sofia dengan wajah datar. Adrian menebak pasti wanita itu akan marah lagi kepadanya. Benar-benar tidak bisa ditebak perempuan satu itu.

"Lo yakin Adrian bakalan move on?" Dari kejauhan Haris dan Natalia melihat kedua pasangan tersebut sudah masuk ke dalam mobil dan melenggang pergi menuju pos keluar parkir.

"Yakin banget Ris. By the way, traktir gue makan bakso yang baru buka di ruko depan sana." 

"Ok! Gue juga penasaran sama bakso itu. Katanya sih enak."



Hospital Diary [Terbit] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang