Part 4

5.9K 497 22
                                    

HAPPY READING

Haruto berjalan dengan malas, kelasnya sudah selesai lima menit yang lalu dan pertanda dia harus menuju ke mansion kim, untuk melakukan pekerjaannya.

Jujur haruto masih merasa mengantuk, karena semalam dia pulang sekitar tengah malam dari mansion kim, penyebabnya adalah dua kembar bocil kematian itu mencegah dirinya untuk pulang dan berakhir sampai mereka tertidur, haruto baru bisa pulang.

"Haruto!"

Haechan merangkul pundak sempit milik haruto dengan sedikit kencang, hingga membuat pemiliknya hampir tersungkur jika tidak dia tahan. Haechan baru saja berangkat karena kelasnya sedang jam siang, sedangkan haruto pagi.

"Apa? Baru berangkat lo?" Haruto yang pasrah didalam rangkulan haechan.

Haechan mengangguk. "Ya gitu, mau langsung ke mansion kim?"

Mengangguk kecil, haruto sesekali menguap karena merasa kurang tidur akibat semalam. Dan menimbulkan dia beberapa kali terkantuk meja, karna tidak bisa menahan ngantuk yang melanda.

"Mendingan lo izin buat nggak kerja sekarang dulu deh! Ngantuk banget gua lihat lo ru." Sara haechan, yang peka dengan keadaan haruto.

"Nggak dulu, sia-sia nanti duitnya."

Haechan menoyor kepala haruto dengan pelan, sedikit kesal karna pikiran teman satu apartemennya ini hanyalah uang dan uang. "Duit mulu pikiran lo."

"Tanpa duit, hidup pasti suram! Gua duluan ya!"

Menggeleng pelan, haechan melihat punggung haruto yang mulai menjauh sedikit sendu, karna saat pertama kali dia bertemu dengan haruto adalah pada saat ketika dia tidak sengaja, menabraknya.

Haruto melambaikan tangannya, dan dibalas oleh haechan.

"Haruto-haruto... semoga lo punya pacar yang kaya, supaya hidupmu penuh dengan duit." Doa haechan untuk haruto, karna dia sudah merasakan mempunyai pacar yang kaya.

Dengusan malas haruto layangkan tepat saat sampai dihalte dekat kampusnya, ini dia yang terlalu cepat atau busnya yang terlalu lambat. Menghela nafasnya, haruto lebih memilih untuk membaca buku yang kemarin dia beli, saat melihatnya ditoko buku.

"Pengin hidup di dunia novel, punya pacar  banyak duit, tapi jangan yang sad ending." Haruto bergumam sendiri, saat membaca dimana part yang cukup membuatnya iri.

Iya iri dengan tokoh utama yang mendapat banyak hal yang dia inginkan, dari sang kekasih yang sangat-sangat kaya bahkan kelebihan duit. Minimal ada satu atau lebih didunia nyata, supaya semua haluan dirinya dan orang lain yang mungkin sama menjadi nyata.

"Ngantuk gua hilang? Emang paling best kalo baca buku."

Haruto menutup bukunya, sudah lebih dari sekitar sepuluh menit dia menunggu bus datang, tapi kenapa belum juga datang padahal biasanya bus dihalte ini tidak ada yang pernah absen, selalu datang dan tiba tepat waktu.

Atau memang hari ini sedang hari yang tidak beruntung untuk haruto.

Ting!

Tin!

Suara klakson mobil mengalihkan atensi haruto, dia langsung menatap kedepan di mana sebuah mobil mewah berada disana.
Kaca mobil tersebut perlahan turun, dan menampilkan sosok yang membuat haruto salting sekali ngeri dalam satu keadaan.

"Pantesan lama, ternyata masih nunggu bus." Cibir doyoung, pada haruto yang menatapnya dengan datar.

"Masuk mobil saya! Junghwan sudah menunggu dari tadi."

Haruto Harem [ Psikolog?] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang