Part 34

2.5K 239 10
                                    

Happy reading

"Nggak tau, sekurang-kurangnya, gua itu selama ini cuma jadi beban dunia."

Haruto mengetuk-ngetuk permukaan rubik milik Junghwan, membuat atensi seluruh penghuni mansion kim menatap kearahnya. Ia menjawab pertanyaan asahi yang entah kenapa tiba-tiba saja, dia ingin tahu bagaimana cara haruto menjalani hidup.

Hal itu tentunya haruto jawab dengan sejujur-jujurnya. Ya menang selama ini haruto hidup sebagai manusia biasa, dan juga sekaligus beban dunia.

Asahi menganggukkan kepalanya paham dengan jawaban haruto, ia bergerak untuk mendekat kearah tempat dimana haruto duduk anteng, dengan mainan rubik milik Junghwan ditangannya. Untuk saudaranya yang lain, mereka hanya memantau saja sambil mengerjakan pekerjaan mungkin.

"Bagaimana cara menghilangkan stres?" Tanya asahi, dengan wajah penasaran.

Haruto mengangkat kepalanya, ia menatap heran pada asahi yang tumben sekali bertanya suatu hal, yang sudah haruto pastikan pasti Asahi sendiri tau jawaban dari pertanyaannya itu.

"Tumben nanya kayak gitu? Lo gabut atau gimana?"

"Aku serius bertanya!"

Sentak asahi sedikit menekan kepala haruto, karna kebetulan sekali tangan miliknya sedang bermain-main di pucuk kepala si Watanabe.

"Sabar-sabar! Kepala gua sakit!"

"Menurut gua, mungkin sebaiknya saja melakukan sesuatu bersifat positif, atau melupakan hal yang membuat stres." Haruto mencoba berfikir untuk memberi jawaban yang pasti, dan bukan hanyalah sekedar wacana.

"Kalau kepalanya brisik?"

Jaehyuk mendekat kearah haruto, dan mendudukkan dirinya didepan haruto tepat. Ia tersenyum kemudian bertanya dengan nada santai, tanpa ingin dirinya memperdulikan tatapan permusuhan dari Asahi.

"Sabar-sabar! Satu-satu dulu, tenang pasti bakal Kebagian sebagian."

Bugh!

Jika menganggu kesenangan atau berniat merusak kebahagiaan orang lain, pasti akan terkena karma.

Dan benar saja mungkin karma bagi Jaehyuk yang menganggu asahi dengan sebuah tendangan mendarat pada punggungnya. Membuat si Jaehyuk kian meringis karna merasakan sakit, sekaligus dia nyungsruk kedepan dan untung saja didepannya ada haruto yang menahan tubuhnya agar tidak menghantam lantai.

Pelakunya tentu saja jangan ditanya siapa lagi kalo bukan asahi. Durhaka sama kakak sekali-kali tidak apa-apakan, biasa nya saja mereka saling menembak.

"Ck! Untung saja ada haruto." Jaehyuk menatap asahi sengit, tangannya sesekali mengusap-usap punggungnya yang terasa sakit.

"Makannya jangan menggangguku! Itu karma untukmu." Asahi menangkup wajah haruto agar menatapnya.

Ia mencengkram lembut dagu haruto sambil menekan-nekan pipi berisi yang sangat empuk itu. Membuat dengusan malas terdengar dari si empu pemilik pipi berisi itu.

"Jadi bagai-"

"NGGAK TAU! GUA MAU TIDUR, BYEE!"

Haruto dengan secepat kilat bangkit dari duduknya lalu berlari menuju kamarnya yang berada dilantai dua, mengabaikan kesebelas orang yang kini menatap kepergian Haruto dengan tatapan mata khawatir.

"Ada yang mengincar haruto." Doyoung berucap sambil menunjukkan sebuah surat, yang ia temukan didepan mansion pagi tadi.

Untungnya haruto belum menemukannya dan doyoung yang menemukannya untuk pertama kali. Sudah ia duga jika haruto sedang dalam incaran seseorang, yang kini bersembunyi dibalik bonekanya.

Haruto Harem [ Psikolog?] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang