Part 29

2.8K 257 12
                                    

Happy reading

Hyunsuk menyesap kopi miliknya dengan tenang. Memandang pemandangan alam yang memanjakan mata lalu tersenyum. Akhirnya bisa merasakan ketenangan, dan kedamaian tanpa gangguan adik-adiknya.

Si sulung kim itu mengambil buku bisnis miliknya, dan membacanya. Hyunsuk berharap ketenangannya bisa bertahan lama, demi kesehatan rohaninya yang sudah sedikit rusak. Halaman demi halaman hyunsuk buka, dan membaca isinya dengan cermat.

"Apa haru belum bangun juga?" Hyunsuk meletakkan buku bacaannya, lalu melirik kearah jam tangannya.

Waktu sudah menunjukkan waktu makan malam. Namun si pemuda fokuoka belum bangun juga. Benar-benar ngebo.

"Sepertinya Junkyu, lupa dan ikut tertidur dengan Haruto." Hyunsuk bangun dari duduknya berniat untuk pergi ke kamar haruto.

Hyunsuk mengalihkan atensinya pada asal suara tawa sala satu adiknya. Ia menatap dengan lamat sebelum kembali duduk dan menurunkan niatnya.

Hyunsuk Menghela nafasnya lega, dia melihat seseorang menyugar rambutnya kebelakang. Dibawah tepatnya ditaman ternyata Junkyu sedang bermain bersama seekor kucing yang mengejar-ngejarnya. Melihat hal itu hyunsuk menyimpulkan sepertinya si penyuka kupu-kupu biru itu yang belum terbangun. Ia duduk dan menyamakan kembali posisinya untuk melanjutkan acara membacanya.

"Waktunya kembali pada keten-"

Brak!

Hyunsuk dibuat mengelus dadanya sabar oleh seseorang, yang datang-datang tanpa permisi dengan menendang pintu. Tapi hyunsuk langsung tersenyum saat melihat siapa pelakunya. Ia hanya menggelengkan kepalanya maklum dengan tingkahnya.

"Sukkie...hawu macih ngantuk."

Rengekan manis terdengar dari haruto yang masih belum sepenuhnya sadar, jika dia seperti tidur berjalan.

"Tapi hawu juga mau mam..." Haruto mengucek matanya, mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya.

Tubuhnya masih terasa lemas, dan rasa kantuknya yang terus menyerangnya padahal haruto baru saja bangun tidur. Sebenarnya dia terbangun karna kaget dengan suara tembakan yang entahlah berasal dari mana. Reflek bangun, dan berjalan menuju balkon dengan mata yang masih tertutup.

Sedangkan hyunsuk sudah mati-matian menahan rasa gemasnya pada haruto. Sungguh eskpresi haruto saat ini sangatlah menggemaskan, dan hyunsuk suka dengan haruto yang merengek padanya.

"Kalo masih ngantuk, ya tidur lagi." Balas hyunsuk mencoba untuk tetap terlihat cool.

"Nggak mau! Hawu...hiks hawu kangen echan." Haruto terisak tiba-tiba sambil menatap Hyunsuk. Tak lupa membawa nama sang sahabat, yang jujur saja dia rindukan.

Haruto menundukkan kepalanya, saat melihat tatapan tajam hyunsuk yang menusuk. Ia terisak dengan tangan yang memilin ujung bajunya.

Grep!

Tubuh haruto ditarik kedalam pelukan hangat hyunsuk. Tangan berurat itu mengelus-elus pelan punggung yang lebih muda.

"Jangan nangis buat orang lain, hawu cuma boleh nangis hanya untuk kita ber-sebelas saja." Hyunsuk meletakkan dagunya diatas kepala haruto.

"Baby hawu jangan nangis lagi, oke?!" Hyunsuk mengecup pucuk kepala haruto dengan gemas.

Haruto menyembunyikan wajahnya. Ia mengalungkan tangannya pada leher hyunsuk, dan menikmati elusan yang menenangkan itu. Haruto sebenarnya masih ngantuk, terlihat dari matanya yang terpejam.

"Tapi hawu kangen echan." Gumam haruto dengan suara yang parau.

Ia sudah berhenti terisak. Tapi masih sedikit bergetar karna menahan diri untuk tidak menangis. Haruto jujur ingin sekali kembali ke korea, atau tidak kerumah orang tuanya. Bukannya malah berakhir terpenjara ditengah-tengah laut bersama kim bersaudara.

Haruto Harem [ Psikolog?] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang