Part 12

3.9K 386 8
                                    

Happy reading

Flashback on...

Yoshi membanting pintu kamarnya dengan kerasnya, emosinya mulai tidak stabil sejak dia menolong haruto dilorong kampus. Kini bertambah menguar kuat dengan melihat asahi adiknya sendiri, memonopoli haruto untuk dirinya dengan menguncinya dalam kamar miliknya.

Prang!

"Sialan..."

Vas bunga keramik dengan motif indah hancur terbanting menghantam dinding dengan kerasnya, sayangnya kamar milik dirinya sengaja diberi kedap suara agar tidak menggangu.

"Haruto! Apa hubungannya dengan jung SIALAN itu!!" Yoshi frustasi, perasaan aneh ini muncul kembali.

"Aku butuh kanvas..."

"Kanvas..."

Yoshi bergumam sendiri mencari alat yang sering menemaninya jikalau saat seperti ini tiba, satu kotak penuh dengan kuas beserta dengan alat lukis lainnya dia siapkan. Oh sepetinya dia melupakan salah satu bahan dan alat penting, agar lukisannya kali ini hasilnya sebagus rupa sang model yang menjadi inspirasinya.

"Silet dan cutter! Ini baru lengkap!!" Seru senangnya, melihat bahan-bahan untuk melukisnya sudah terkumpul.

Ah ada yang sedikit mengganggu saja bahaya matahari yang terlalu menyilaukan matanya, sungguh memuakkan.

Srak!

Gelap adalah satu kata yang kini bisa menggambarkan kamar milik yoshi, hanya ada cahaya dari lampu yang dia sering gunakan khusus saat melukis, itu juga remang-remang tidak terlalu terang.

"Menggambar seseorang yang cantik, baik hati, sedikit cerewet."

"DAN DIA HANYA MILIKKU!!"

Bugh!

Tembok yang awalnya berwarna putih tulang, kini sudah terkena noda darah yang masih segar. Sang pemiliknya justru hanya tersenyum manis, dengan tatapan mata yang mulai menajam saat mengingat yang beberapa saat lalu terjadi.

"Baiklah...mari mulai melukisnya."

Tangan milik yoshi dengan sangat lihai dan entengnya membuat sketsa wajah manis seseorang, dengan sangat detailnya. Dia membuka tablet miliknya untuk melihat lebih pasti struktur wajah indah itu.

"Pipinya sedikit berisi, matanya sangat indah." Pikirannya melayang dan tertuju pada seseorang yang akhir-akhir ini membuatnya tenang.

"Hahaha...persetan dengan Jung sialan itu tidak akan bisa menyentuh dirimu lagi."

"Bahkan walaupun hanya sedikit, pasti akan langsung aku bersihkan."

Berceloteh tentang hal-hal yang cukup aneh, dengan tangan yang terus bergerak menyambung garis sana-sini, hingga tercipta sebuah sketsa paling sempurna yang dia buat.

"Entahlah? Kenapa kau terlahir tidak disekitarku, pasti akan menyenangkan jika kita sudah mengenal sejak lama."

"Jadi...hanya tinggal gores-gores sedikit maka selesai."

Namun netra miliknya menangkap sesuatu yang telah disembunyikan dengan sangat baik diujung kamarnya, meliriknya sekilas lalu melanjutkannya dengan tenang tanpa merasa terganggu.

Tangannya mengangkat cutter yang sudah dimunculkan mata pisaunya, sempat dia mainkan terlebih dahulu sebelum...

Srak!

Haruto Harem [ Psikolog?] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang