Part 45

1.9K 204 11
                                    

Happy reading

"Gua bakalan bantuin lo kabur. Tapi lo harus nikah sama kim bersaudara."

Nada pengucapannya begitu tenang, serta lembut, membuat haruto menurunkan rasa kewaspadaannya. Haruto menyekat hidungnya yang sedikit mengeluarkan darah, dan kemudian tersenyum tipis menatap pemuda bermarga park itu.

"Kenapa?" Haruto melangkah mendekat kearah jihoon.

"Bukannya, lo berpihak ke jisung selaku sepupu lo?"

Sedetik kemudian tawa bebas terdengar jelas di indra pendengar haruto. Dia tidak menduga bahwa jihoon mau membantu haruto.

Jihoon menghentikan tawa nya. Pemuda yang yoonbin juluki sebagai kembaran dari kim jihoon itu adalah salah satu diantara cucu park. Sebenarnya dia sama sekali tidak memiliki kesamaan dengan kim jihoon, namun hanya karna namanya saja yang sama.

"Sedikit berbaik hati. gua lagi pengin berpihak pada yang benar."

Haruto menyengrit. "Gua nggak yakin sama lo. Jangan-jangan lo sebenarnya sekongkol sama Renjun?!"

Chenle menarik tangan haruto. Membuat si pemuda fokuoka itu sedikit mundur dari posisi sebelumnya, lalu chenle beralih menatap tanya kearah sepupu dari kekasih kakaknya itu.

Seharusnya jika jihoon sudah ada didalam mansion, maka Renjun juga. Tapi seperti yang dilihat oleh chenle sekarang, jihoon hanya sendiri.

"Mana kak Renjun?" Tanya chenle.

"Nggak tau gua. Pas denger haruto diculik sama si Renjun tadi, gua langsung pergi tanpa nunggu dia." Jawaban jihoon mampu membuat chenle terdiam sejenak.

"Gua pengin kabur."

Celetukan santai haruto membuat dua orang tadi menoleh kearahnya. Sementara itu haruto sendiri, dia hanya mengubah posisinya jadi duduk diatas pembatas balkon.

Sejujurnya saja haruto sudah kangen dengan tingkah-tingkah unik Ke-sebelas kim bersaudara itu. Padahal baru saja dua hari haruto disekap oleh Renjun, tapi dia sudah ingin memakan nasi goreng buatan bibi lee. Sungguh hanya nasi goreng buatan bibi lee saja, yang sekarang haruto benar-benar rindukan. Dan juga haruto merindukan para bayi hewan, dan si serigala kembar.

"Lewat pintu belakang, gua kebetulan megang kuncinya." Jihoon mengeluarkan sebuah kunci dari saku jaketnya, dan menunjukannya pada haruto.

"Lah terus nanti keluar dari hutan belantaran itu gimana?"

"Ada jalannya, jihoon tau." Chenle menjawab pertanyaan dari haruto.

Jihoon mengangguk, lalu mengulurkan tangannya didepan haruto, membuat haruto menyengrit heran dengan sikap jihoon.

"Apa?"

Haruto menoleh kearah chenle yang sibuk dengan ponselnya. Ia tidak hanya bisa mengatakan 'apa' disaat jihoon hanya diam, dan mendengus kesal.

"Kartu punya Hyunsuk, yang ada disaku celana lo."

"Oh itu, nih," haruto menyerahkan sebuah kartu yang sedari tadi bersembunyi disaku celananya pada jihoon.

Sebenarnya Haruto sungguh tidak sengaja membawa kartu milik hyunsuk. Salahkan saja yoshi pada waktu itu memberikannya kepada haruto, jadi haruto menyimpannya untuk berjaga-jaga.

Jihoon tersenyum puas, lalu menyerahkan kartu itu kepada chenle yang menyengrit heran.

"Hubungi hyunsuk. Bilang suruh jemput haruto di jalan xxx dekat hutan xxxx."

Chenle reflek mengangguk. Ia mundur beberapa langkah, memberikan ruang untuk jihoon dan haruto.

"Tenang aja, demi haruto gua rela dapet hukuman dari kak Renjun."

Haruto Harem [ Psikolog?] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang