Part 27

3K 263 8
                                    

Happy reading

Masalalu memang biasanya sering sekali mengekang seseorang dengan sebuah kenangan-kenangan manis. Walaupun hanya sesaat, namun kenangan itu sudah mampu membekas apik diingatan.

Seakan sebuah istilah yang sering sekali menjadi bayangan bagi seseorang, yang mencintai sosok dengan kenangan masa lalu pemenangnya. Ya sesingkatnya saja adalah, tersangkut dimasa lalu cukup membuat mentalnya terganggu sejak itu.

"Sebenarnya...itu dirimu, atau bukan?"

Jihoon merebahkan dirinya diatas alas rerumputan taman villa. Sejak sepucuk surat haruto, ia jadi teringat dengan suatu kenangan masa lalu. Entahlah kapan kenangan itu tercipta, jihoon merasakan ada kaitannya dengan haruto. Tapi dia ragu dengan perasaannya sendiri, ia tidak bisa menahan rasa rindu setiap kali dia melihat wajah haruto.

Sungguh kenangan itu hanyalah kenangan kisah anak umur empat tahun, dengan anak umur dua tahun saat itu. Tapi kenapa jihoon masih bisa mengingatnya walaupun hanya sekilas.

"Seharusnya, sekarang dirimu sudah ada digenggaman ku." Jihoon mengambil foto yang ada di casing ponselnya.

Menatapnya sendu. Senyuman manis seorang anak yang pernah menjadi seorang penyelamat bagi jihoon, terlihat jelas. Hanya foto ini saja yang tersisa dari kejadian itu, selebihnya hanya bayangan yang masih tersimpan bersama dengan luka.

Jihoon menghembuskan nafasnya dengan gusar. Menyimpan kembali foto tersebut setelah mengecupnya singkat.

"Yakk! Kau, tidak ingin bertemu dengan haruto?!"

Pandang jihoon teralihkan kepada seseorang yang bersedakep dada menatapnya. Ia bangkit dari posisi tidurnya dengan gugup, dan langsung menyembunyikan ponsel miliknya.

Dengusan malas Doyoung berikan pada kakak ke-duanya itu. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan, namun dia tidak ambil pusing karna memang bukan termasuk urusannya. Yang dia lakukan sekarang hanya ingin memberikan kabar jika haruto, sudah keluar dari kamarnya.

"Memangnya, dia sudah mau keluar?"

"Dan kau, masuk lewat mana? Pintu itu sudah ku kunci." Jihoon menatap curiga kearah Doyoung yang langsung tersenyum.

Ia bangkit dari duduknya, dan berjalan menghampiri Doyoung yang berada didepan pintu balkon. Sedangkan Doyoung hanya diam saja, tidak berniat menjawab karena pasti jihoon tau dia lewat mana.

Tangga yang ada tepat dibawah kamar jihoon adalah jalannya. Sebenarnya itu haruto yang meletakkannya beberapa waktu lalu, karna mencoba untuk melihat keadaan kakaknya ini yang tidak terlihat batang hidungnya saat itu. Dan ternyata masih ada.

"Tidak penting! Yang terpenting sekarang ini adalah, haruto ada di pantai."

"Benarkah?!"

Jihoon langsung sumringah setelah tadi terlihat lesu. Menimbulkan bekas pukulan mendarat di lengan kekarnya, dan pelaku itu adalah doyoung. Jika bukan kakaknya sendiri, maka sudah dipastikan ajal tiba lebih awal.

"Binirkih, YA BENAR LAH!" Kesal doyoung ngegas. Sudah lelah dia tadi sempat ingin menjatuhkan dirinya saja dari lantai Tiga.

"Oke-oke, maafkan aku." Jihoon langsung melengos pergi meninggalkan Doyoung yang sudah mengepalkan tangannya.

"YA!...KIM JIHOON SIALAN!!"

Hyunsuk side...

Junghwan mengetok pintu kamar hyunsuk dengan semangat. Berharap kakaknya cepat membuka pintu karna semangatnya sudah keluar dari kandangnya. Dan benar saja, sedetik kemudian pintu terbuka menampilkan sosok kakak pertamanya yang berwajah masam.

Haruto Harem [ Psikolog?] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang