Happy reading
Dor!
"I take a step forward, and you take a step back."
Junghwan tersenyum miring melihat mayat, dari seseorang yang dia pergoki hampir menyelakai Haruto. Ia tanpa beban melemparkan asal pistol miliknya ketempat sampah, dan berjalan menuju meja makan.
"Mereka sepertinya, benar-benar ingin mengincar haruto." Gumam Junghwan melirik kearah makan yang sudah diberi racun.
"Dasar para orang bodoh, gila harta, dan narsisme."
Lantai dapur yang pada awalnya bersih tanpa noda, kini sudah ternodai kembali dengan genangan darah dimana-mana. Sepertinya sudah hampir seluruh penjuru mansion pernah menjadi tempat mereka semua, melakukan hobi mereka terkecuali kamar haruto.
Mengabaikan tatapan takut para maid dan penjaga kebun, yang menjadi saksi atas kekejaman tuan muda mereka, Junghwan berjalan mengambil makanan untuk haruto, yang baru saja dimasak. Ia tidak akan mengambil makanan yang terdapat racun didalamnya.
"S-silahkan tuan muda." Bibi lee dengan hormat membungkuk setelah nampan berisi makan, berpindah pada Junghwan.
Junghwan mengangguk puas, hanya bibi lee saja yang dapat dipercaya karna sudah bekerja dengan keluarga kim, sejak dia masih kecil.
"Terimakasih bibi, tolong untuk lebih menjaga makanan yang akan dikonsumsi oleh haruto." Pesan Junghwan pada bibi lee, lalu berlalu meninggalkan dapur untuk menuju kamar si alpaca manis.
Kebetulan hanya tinggal dia dan tiga Kakaknya yang sedang berada di mansion ini. Untuk yang lainnya mereka semua pergi mengurus pekerjaan masing-masing setelah terbengkalai, hampir satu bulan.
Dan mungkin saja ada yang sedang bermain-main, dan Junghwan yang lebih memilih untuk menjaga Haruto.Satu persatu anak tangga Junghwan lewati hingga dia sampai disebuah kamar, yang ada tempelan stiker marshmellow putih.
Cklek!
Tanpa permisi membuka pintu kamar itu begitu saja, hingga mengundang tatapan tajam dari yoshi, jihoon, dan Junkyu yang kebetulan sedang berada dikamar haruto.
"Budayakan permisi, jangan asal masuk saja." Yoshi membenarkan kacamata miliknya, dan menatap malas Junghwan.
"Iya maaf, aku lupa." Acuh Junghwan sembari meletakkan nampan makanan dinakas samping ranjang haruto.
Dor!
"Mati! Mati dan mati, hahaha!"
Suara tembakan dan tawa yang cukup keras terdengar dari arah taman belakang. Membuat mereka berempat hanya bisa menggelengkan kepala serempak, karna sudah tau siapa yang sedang bermain-main.
"Asahi kambuh lagi? Atau hanya sekedar bermain-main saja?" Tanya jihoon yang sedang melihat-lihat koleksi buku haruto.
"Mungkin saja, sepertinya kemarin dia stress." Junkyu menjawab, tapi tangan miliknya mencomot buah apel yang ada dinakas.
Ya begitulah sekurang-kurangnya jika asahi sedang stress atau terganggu, oleh sesuatu. Pastinya akan melampiaskannya kepada tembak-menembak, tanpa peduli dengan korbannya yang random. Atau mungkin bermain-main dengan si kembar diruang bawah tanah.
Berlaku juga untuk mereka semua kecuali Hyunsuk. Anak tertua itu, lebih suka melampiaskannya kepada dunia malam bersama yoshi, tapi terkadang juga masih suka seperti adik-adiknya.
Dor!
"HAHAHA! YOU'RE DEAD, I'M HAPPY!"
Yoshi menghela nafas pelan, ia bangkit dari duduknya berjalan menuju ranjang haruto. Kemudian menarik selimut haruto yang sedikit melorot, dan menutup telinga haruto menggunakan bantal kecil.
![](https://img.wattpad.com/cover/346433725-288-k897913.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruto Harem [ Psikolog?] End
Teen FictionWatanabe Haruto seorang mahasiswa semester akhir yang harus berurusan dengan anak dari dosennya, hanya karna dia telat mengumpulkan skripsi miliknya. Kesabaran dan juga kepedulian haruto diuji, dengan berbagai macam-macam jenis sifat dan karakter da...